Dan bersumber dari Jabir,
dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda:
“Apabila tiba malam terakhir dari bulan
Ramadhan, maka menangislah langit, bumi dan para malaikat atas musibah yang
menimpa umat Muhammad SAW.
Seorang bertanya: “Ya Rasulullah, musibah apakah itu?”
Jawab Rasul SAW: “Perginya bulan
Ramadhan. Karena sesungguhnya doa-doa di waktu itu dikabulkan, sedekah-sedekah
diterima, kebaikan-kebaikan dilipatkan, sedang azab ditahan.”
Oleh
karenanya, musibah manakah yang lebih besar daripada perginya bulan Ramadhan.
Apalagi langit dan bumi saja menangis demi kita, maka kita
lebih patut menangis dan menyesal atas terputusnya keutamaan-keutamaan dan
kemuliaan-kemuliaan ini dari kita.” (Hayatul Qulub)
Dan diriwayatkan pula
dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda:
“Sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan
seorang malaikat yang mempunyai empat wajah, dari satu ke lain wajah sejauh
perjalanan seribu tahun. Dengan salah satu wajah-(nya), ia bersujud sampai hari
kiamat , dalam sujudnya, ia berkata: “Maha Suci Engkau, betapa agung keindahan-Mu.” Dan dengan wajah yang lain, ia
memandang kepada Neraka Jahanam, seraya berkata, “Celakalah orang yang memasukinya.” Dan dengan wajah yang lain, ia
memandang kepada ‘Arsy Tuhan Yang Maha Pengasih seraya berkata, “Tuhanku, kasihanilah dan jangan
Engkau siksa orang-orang yang berpuasa Ramadhan, dari umat Muhammad SAW.” (Zahratul Riyadh)
Dan bersumber dari Nabi
SAW beliau bersabda:
“Sesungguhnya Allah Ta’ala menyuruh para
Malaikat Pencatat yang mulia pada bulan Ramadhan supaya mencatat
kebaikan-kebaikan dari umat Muhammad SAW, dan jangan mencatat
kesalahan-kesalahan mereka serta menghapuskan dosa-dosa mereka yang lalu.”
Dari Nabi SAW bersabda:
“Barangsiapa
berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan ikhlas, maka diampunilah dosanya
yang telah lalu.” (Zahratur
Riyadh)
Dikatakan bahwa puasa itu
ada tiga tingkatan: Puasa orang biasa, Puasa
orang-orang istimewa dan Puasa orang-orang
teristimewa.
Ø Adapun puasa
orang biasa ialah mencegah perut dan farji dari memenuhi syahwat.
Ø Adapun puasa
orang-orang istimewa ialah puasanya orang-orang saleh, yaitu mencegah panca
indra dari melakukan dosa-dosa, hal mana takkan terlaksana kecuali dengan
senantiasa melakukan lima perkara:
·
Pertama,
menundukkan mata dari tiap-tiap yang tercela menurut Syara’.
·
Kedua,
memelihara lidah dari menggunjing, berdusta, mengadu domba dan bersumpah
palsu. Karena Anas telah
meriwayatkan dari Nabi SAW bahwa
beliau bersabda:
“Ada
lima perkara yang menghancurkan puasa –yakni membatalkan pahalanya-: Berdusta, menggunjing, mengadu domba, bersumpah palsu dan
memandang (lain jenis) dengan syahwat.”
·
Ketiga, mencegah
telinga dari mendengarkan apa saja yang makruh
·
Keempat, mencegah
seluruh anggota tubuh dari hal-hal yang makruh dan mencegah perut dari
makanan-makanan syubhat di waktu berbuka. Karena tak ada artinya, berpuasa dari
makanan halal lalu berbuka dengan makanan haram. Perumpamaannya seperti orang
yang membangun sebuah gedung dengan menghancurkan sebuah kota.
Nabi SAW bersabda:
“Berapa
banyak orang berpuasa, tidak memperoleh dari puasanya selain lapar dan haus.”
·
Kelima, jangan
memakan makanan halal terlampau banyak di waktu berbuka sampai memenuhi
perutnya. Oleh sebab itu, Nabi SAW
bersabda:
“Tidak
ada sebuah wadah yang lebih dibenci Allah daripada perut yang dipenuhi makanan
halal.”
Adapun
puasa orang-orang teristimewa adalah puasanya hati dari keinginan-keinginan
rendah dan fikiran-fikiran duniawi, dan mencegahnya sama sekali dari selain Allah. Apabila orang yang berpuasa
seperti ini memikirkan sesuatu selain Allah,
maka berarti dia berbuka dari puasanya. Dan puasa seperti ini adalah tingkatan
para Nabi
dan Shiddiqin.
Karena pelaksanaan dari tingkatan seperti ini adalah dengan menghadapkan diri
sama sekali kepada Allah Ta’ala dan
berpaling dari selain-Nya. (Zubdatul Wa’izhin)
<Prev | 1 | 3 | 5 |
Next> |
---|
No comments:
Post a Comment