Keterangan lebih lanjut dari ini terdapat dalam kitab-kitab Fiqih. Maka baiklah anda membaca asal nukilan ini, yang dinukil dari terjemahan ke bahasa Arab, dan doakanlah penukilnya yang fakir ini dengan doa-doa yang baik,
Celaan Terhadap Pemakan Riba (3)
Dan hal ini merupakan penegasan, bahwa nash itu membatalkan kias, karena penegasan ini menjadi penghalalan dan pengharaman Allah itu sebagai dalil atas batalnya kias mereka.
Celaan Terhadap Pemakan Riba (2)
Kemudian salah satu dari mereka bangkit. Maka miringlah karenanya perutnya, sehingga tersungkur, lalu tidak dapat lagi kembali, yakni tidak bisa meninggalkan tempat mereka,
Celaan Terhadap Pemakan Riba
Hukuman seperti itu adalah disebabkan mereka menganggap riba dan jual-beli sama saja, karena kedua-duanya mendatangkan laba, sehingga mereka menganggap riba halal, seperti halalnya jual-beli.
Permohonan Ampun Malaikat Untuk Orang Mukmin (4)
Dari sebagian ulama
diceritakan, bahwasanya sebelum Allah
Ta’ala menciptakan bumi, tempat ‘Arsy adalah air, sedang ‘Arsy itu berada
di atas air. Lalu Allah Ta’ala menyuruh
‘Arsy agar naik dari atas permukaan air, maka ia pun naik. Ia terus meninggi,
sehingga air yang ada di tempatnya tadi membentuk kubus dan menghantarkan ‘Arsy
naik besertanya sampai ke mana yang dikehendaki Allah. Kemudian Allah
menyuruh air kembali ke tempat semula, maka katanya: “Sekiranya Allah tidak menyuruh aku kembali ke tempatku, pasti aku hantar
engkau ke tempatmu.”
Maka Allah Ta’ala pun mewahyukan kepada air. “Sesungguhnya karena kamu telah memuliakan ‘Arsy dan telah
mengantarnya demi Aku, maka Aku jadikan tempatmu merupakan tanah yang paling
utama, dan Aku jadikan ia kiblat bagi semua makhluk, dan tempat orang berharap
memperoleh segala kebutuhan.”
Oleh karenanya, Nabi SAW
bersabda: “Barangsiapa
menghantarkan seorang tamu tujuh langkah, maka Allah menutup terhadapnya tujuh
pintu Jahannam. Dan apabila ia hantarkan tamu itu delapan langkah lagi, maka
Allah akan membukakan baginya delapan pintu surga, sehingga dapatlah ia
memasukinya dari pintu manapun yang ia kehendaki.” (Haqa’iq)
Dan disebutkan pula,
bahwa yang pertama-tama diciptakan Allah
Ta’ala ialah Qalam, kemudian Lauh. Maka disuruh-Nya Qalam untuk menulis
pada Lauh apa-apa yang akan terjadi
sampai hari kiamat. Kemudian, Dia
menciptakan apa yang Dia kehendaki
menurut kehendak-Nya yang azali,
kemudian Dia ciptakan ‘Arsy,
kemudian Dia ciptakan para malaikat
penanggung ‘Arsy, kemudian langit dan bumi. Dan bahwa sesungguhnya Allah menciptakan ‘Arsy adalah untuk
hamba-hamba-Nya, supaya mereka tahu
ke mana mereka mesti menghadapkan wajah ketika berdoa, agar tidak kebingungan
dalam berdoa, sebagaimana Dia telah
menciptakan Ka’bah, supaya mereka
tahu kemana mereka mesti menghadapkan muka dan beribadat. (Sekian dari As-Samarqandi)
Berkata Ats-Tsa’labi
mengenai firman Allah Ta’ala:
“Dan
menjunjung ‘Arsy Tuhanmu.”
Dari Ali bin Al-Husain RA, bahwa dia berkata: “Sesungguhnya Allah Ta’ala telah
menciptakan ‘Arsy, sedang sebelumnya Dia tidak menciptakan apa-apa selain tiga:
Udara, Qalam dan Nun, kemudian barulah menciptakan ‘Arsy dari bermacam-macam
cahaya, antara lain Cahaya hijau, yang olehnya terjadilah warna hijau. Cahaya kuning, karenanya
terjadilah warna kuning. Cahaya merah, yang oleh karenanya menjadi warna merah dan Cahaya putih, yang oleh
karenanya menjadi benderanglah cahaya-cahaya, dan dari cahaya itu pula
terangnya waktu siang. Kemudian Allah menjadikan ‘Arsy bertingkat-tingkat sampai tujuh juta
tingkat, yang tidak satu tingkat pun diantaranya kecuali bertasbih kepada Allah, memuji dan
mensucikan-Nya dengan suara-suara yang berbeda-beda, yang andaikata Allah Ta’ala mengizinkan
segala sesuatu untuk mendengarnya, pasti akan runtuhlah gunung-gunung dan
gedung-gedung dan akan keringlah lautan.”
“Dan
tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya.”
Berkata Ats-Tsa’labi: Telah menceritakan kepada
kami Ja’far bin Muhammad dari
ayahnya,dari kakeknya, bahwa dia berkata: “Pada ‘Arsy ada gambar dari semua makhluk yang telah
diciptakan Allah Ta’ala, baik yang di darat maupun di laut, dan
itulah takwil dari firman-Nya Ta’ala.” (Dan tidak ada sesuatupun, melainkan
pada sisi Kami-lah
khazanahnya).
Dan menurut khabar, bahwa
sesungguhnya Allah SWT telah
menyuruh semua malaikat berangkat pagi dan sore, untuk mengucapkan salam kepada
malaikat-malaikat pemikul ‘Arsy, karena keunggulan mereka atas
malaikat-malaikat yang lain.
Demikianlah petikan Ats-Tsa’labi, yang diucapkan pula oleh Imam Al-Baghawi dalam menafsirkan
firman Allah Ta’ala: “Kursi Allah meliputi langit
dan bumi.”
Sedang Abu Hurairah RA
berkata: “Kursi itu terletak
di depan ‘Arsy. Adapun arti “Wasi’a”, bahwa luasnya adalah seluas
langit dan bumi.”
Dan kata Ali dan Muqatil: “Masing-masing kaki kursi itu, tingginya
setinggi tujuh langit dan bumi, dan ia terletak di depan ‘Arsy.”
Demikian kata mereka.
Berkata Al-Allamah As-Suyuthi: Ibnu Jarir, Ibnu Mardawaih dan Abusy
Syaikh mengeluarkan dari Abu Dzarr
RA, ia berkata: Rasulullah SAW
bersabda: “Hai
Abu Dzar, langit yang tujuh pada kursi, hanyalah seumpama sebuah cincin yang
tergeletak di gurun, dan kelebihan ‘Arsy atas kursi, adalah sebagai kelebihan
gurun atas cincin tersebut.”
Dan Abusy Syaikh telah mengeluarkan dari Hammad, ia berkata: “Allah telah menciptakan ‘Arsy dari pertama zamrud hijau, dan
diciptakan-Nya pula baginya empat buah tiang dari permata yaqut merah,
dan diciptakan-Nya lagi baginya seribu bahasa, dan Allah menciptakan di
bumi seribu umat, masing-masing umat bertasbih dengan salah satu bahasa dari
bahasa-bahasa ‘Arsy.”
Dan Abusy Syaikh telah mengeluarkan pula dari Umar RA bahwa dia berkata: “Allah SWT telah menciptakan empat macam makhluk dengan
tangan-Nya, Adam AS, ‘Arsy, Qalam
dan Surga ‘Adn. Sedang terhadap makhluk-makhluk lain, Dia berfirman “Kun”, maka jadilah ia.”
Dan Abusy Syaikh mengeluarkan pula dari Utsman bin Sa’ad Ad-Darimi dalam kitabnya “Ar-Radd ‘alal Jahmiyah”, dari Ibnu Abbas RA, ia berkata: “Pemimpin langit
adalah ‘Arsy.”
Sesungguhnya telah kami bicarakan secara terperinci mengenai hal
ini, supaya sifat-sifat ‘Arsy itu diketahui oleh semua orang.
<Prev | 1 | 3 |
4
|
Next> |
---|
Permohonan Ampun Malaikat Untuk Orang Mukmin (3)
Dari Ibnu Abbas RA
bahwa dia berkata: “Setelah Allah
Ta’ala menciptakan ‘Arsy, maka disuruh-Nya
para malaikat pemikul ‘Arsy itu memikulnya, tetapi mereka merasa berat. Maka Allah Ta’ala berfirman: “Ucapkan olehmu sekalian ‘Subhanallaah’ (Maha Suci Allah).” Maka para malaikat itu
mengucapkan ‘Subhanallaah’, sehingga
menjadi ringanlah mereka memikulnya. Dan untuk seterusnya, mereka mengucapkan
sepanjang masa, ‘Subhanallaah’,
sampai saat Allah Ta’ala menciptakan
Adam AS, maka tatkala penciptaan Adam AS itu telah sempurna, dia pun
bersin, dan Allah Ta’ala
mengilhamkan kepadanya ucapan ‘Alhamdulillaah’
(Segala Puji bagi Allah). Maka Adam pun mengucapkan ‘Alhamdulillaah’, lalu Allah
Ta’ala berfirman: ‘Yarhamukallaah’ (Allah merahmati kamu). Untuk
inilah Aku telah menciptakan kamu,
hai Adam.”
Para malaikat berkata: “Kalimat ini
sangatlah agung, tidak patut kita malalaikannya.”
Lalu kalimat ini mereka gandengkan dengan kalimat yang pertama
tadi sedemikian rupa, sehingga mereka ucapkan sepanjang masa, ‘Subhanallaahi walhamdu lillaah’ (Maha Suci Allah, dan segala Puji bagi Allah). Dan mereka pun merasakan
semakin ringan beban ‘Arsy itu, tidak seperti semula.
Dan demikianlah, mereka
senantiasa mengucapkan kalimat-kalimat tersebut sehingga pada suatu saat, Allah Ta’ala mengutus Nabi Nuh AS. Kaum Nabi Nuh AS lah yang mula-mula menganggap patung-patung berhala
sebagai Tuhan.
Maka Allah Ta’ala mewahyukan kepada Nabi
Nuh AS agar menyuruh kaumnya mengucapkan ‘Laa ilaaha illallaah’ (Tiada Tuhan selain Allah) sedang Nabi Nuh AS menerima penghinaan kaumnya
dengan rela.
Para malaikat berkata: “Kalimat yang
ketiga ini pun agung pula.”
Lalu mereka gandengkan dengan kedua kalimat mereka ucapkan
sepanjang masa, ‘Subhanallaahi walhamdu lllaahi
walaa ilaaha illallaah’ (Maha
Suci Allah dan segala Puji bagi Allah dan tiada Tuhan selain Allah), sampai pada suatu ketika Allah Ta’ala mengutus Nabi Ibrahim AS.
Taat kala Allah Ta’ala mengutus Nabi Ibrahim AS, di suruh-Nya ia
berkorban, yang kemudian Allah menebus putra Nabi-Nya itu dengan
seekor domba. Ketika Ibrahim melihat domba itu, ucapnya: ‘Allahu
Akbar’ (Allah Maha Besar),
saking gembiranya menerima kenyataan itu.
Para malaikat berkata: “Kalimat yang
keempat ini pun mulia juga.”
Lalu mereka gandengkan dengan kalimat-kalimat yang tiga tersebut
di atas, kemudian mereka ucapkan sepanjang masa: ‘Subhanallahi
walhamdu lillaahi walaa ilaaha illallahu wallaahu akbar’ (Maha Suci
Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah dan Allah Maha Besar.
Tatkala Jibril AS menceritakan cerita ini kepada Rasulullah SAW, beliau berkata: ‘Laa haula wala quwwata illa billaahil ‘Aliyyil ‘Azhiim’ (Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung).
Jibril AS kemudian
berkata: “Kalimat ini patut pula digandengkan
dengan kalimat-kalimat yang empat itu.” (Tanbihul Ghafilin)
Berkata Imam Al-Qusyairi: Menurut sebagian
khabar ada diceritakan, bahwa seorang malaikat berkata: “Wahai
Tuhan, sesungguhnya saya ingin
mengetahui ‘Arsy?”
Allah lalu
menciptakan baginya tiga puluh ribu sayap, dan terbanglah malaikat itu dengan
sayapnya selama tiga puluh ribu tahun.
Maka firman Allah: “Sudah sampaikah kamu kepada
‘Arsy?”
Jawab malaikat: “Saya belum lagi menempuh sepersepuluh tinggi ‘Arsy.”
Lalu malaikat itupun meminta izin dari Allah Ta’ala, untuk kembali kepada tempatnya semula. (Hai’atul Islam)
Berkata Imam Al-Qurthubi: “Menurut pendapat-pendapat para ahli
tafsir, bahwa ‘Arsy adalah singgasana, dan bahwa ia berupa tubuh yang
diwujudkan. Allah Ta’ala telah
menciptakan dan memerintahkan para malaikat-Nya supaya memikulnya, dan mengharuskan mereka mengagungkannya dan
berthawaf di sekelilingnya, sebagaimana Allah
telah menciptakan Bait (Ka’bah) di bumi dan menyuruh anak cucu Adam berthawaf
di sekelilingnya seraya mengagungkan dan memuliakan.” (Hai’atul Islam)
Dan berkata pula Syahr bin Hausyab: Sesungguhnya para malaikat pemikul ‘Arsy
ada delapan orang, empat orang di antara mereka mengucapkan: ‘Subhanakallaahumma
wa bihamdika wa laka hamdu ‘alaa hilmika wa ‘ilmika’ (Maha Suci Engkau ya Allah, dan seraya memuji kepada-Mu. Dan segala puji bagi-Mu atas kepenyantunan-Mu dan ilmu-Mu)
Sedang
yang empat lagi mengucapkan:
‘Subhaaka Allaahumma wa bihamdika
walakal hamdu ‘alaa ‘afwika ba’da qudratika’ (Maha Suci Rngkau ya Allah, dan seraya memuji kepada-Mu. Dan segala puji bagi-Mu atas kemaafan-Mu sesudah kekuasaan-Mu).
Kata Syahr: “Dan seolah-olah malaikat-malaikat itu mengetahui
dosa-dosa anak cucu Adam, lalu mereka beristighfar untuk orang-orang yang
beriman, yakni mereka memohonkan kepada Allah
Ta’ala ampunan bagi orang-orang yang beriman.”
(Tafsir
Al-Khazin)
Dari Ibnu Abbas RA bahwa dia berkata: Tatkala Allah Ta’ala telah menciptakan ‘Arsy yang agung itu, maka ‘Arsy
merasa bahwa dia adalah makhluk yang terbesar, maka katanya: “Allah tidak menciptakan suatu makhluk lain yang lebih besar
daripadaku.” Maka bergetarlah ‘Arsy itu, lalu
Allah Ta’ala menciptakan seekor ulat
yang melilit ‘Arsy itu. Ular itu mempunyai tujuh puluh ribu sayap. Pada tiap-tiap
sayap terdapat tujuh puluh ribu bulu. Pada tiap-tiap bulu terdapat tujuh puluh
ribu wajah. Pada tiap-tiap wajah terdapat tujuh puluh ribu mulut, dan pada
tiap-tiap mulut ada tujuh puluh ribu lidah. Pada setiap harinya keluarlah tasbih
dari mulut-mulut ular itu sebanyak bilangan titik-titik hujan, dan sebanyak
bilangan dedaunan pohon-pohon, dan sebanyak bilangan malaikat-malaikat seluruhnya.
Ular itu melilit ‘Arsy, dan ternyata ‘Arsy itu hanya separo ular. (Hai’atul Islam)
<Prev | 1 | 3 | Next> |
---|
Permohonan Ampun Malaikat Untuk Orang Mukmin (2)
Dan dari Ali RA: “Sesungguhnya para malaikat yang memikul ‘Arsy
ada empat orang. Masing-masing malaikat itu mempunyai empat wajah. Kaki-kaki
mereka menapak pada sebuah batu besar yang ada di bawah bumi yang ke tujuh,
sejauh perjalanan lima ratus tahun.” (Al-Qusyairi)
Imam Abu Laits As-Samarqandi berkata
mengenai surat Al-A’raf, ketika
menafsirkan firman Allah Ta’ala: “Lalu Dia bersemayam di atas
‘Arsy.”
Menurut sebagian ulama, ini termasuk ayat-ayat mutasyabihat,
yang hanya di ketahui oleh Allah
saja penakwilannya.
Dan diceritakan pula dari
Yazid bin Marwan, bahwa ketika dia
di Tanya mengenai takwil dari ayat ini, maka jawabnya, “Takwilnya ialah beriman kepada-Nya,”
Dan ada pula diceritakan,
bahwa seorang laki-laki telah menemui Imam
Malik bin Anas, lalu bertanya kepadanya mengenai firman Allah Ta’ala: “Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang
bersemayam di atas ‘Arsy.”
Maka jawab Imam Malik: “Beriman
kepada-Nya adalah wajib sedang menanyakan-Nya
adalah bid’ah. Dan saya lihat, kamu tak lain orang yang sesat.” Maka
murid-murid Imam Malik mengeluarkan orang itu.
Dan konon, Muhammad bin Ja’far pun berpendapat
serupa. Dan dari Ubay bin Ka’ab
bahwa dia berkata: Apabila seperempat malam telah lewat, maka Rasulullah SAW
bangun, lalu ujarnya: “Hai manusia, ingatlah kalian kepada Allah. Pasti datang
kegoncangan itu, diikuti oleh tiupan. Pasti datang maut dengan segala
akibatnya.”
Maka berkatalah Ubay bin Ka’ab: “Ya Rasulullah, sesungguhnya saya banyak
membaca shalawat untukmu. Berapakah shalawat yang harus aku sampaikan
kepadamu?”
Rasulullah
SAW menjawab: “Sebanyak yang kamu kehendaki.”
Kata Ka’ab: “Seperempat?”
Rasulullah
SAW menjawab: “Sebanyak yang kamu tambah, maka itu lebih baik bagimu.”
Kata Ka’ab pula: “Sepertiganya?”
Rasulullah
SAW tetap menjawab: “Sebanyak yang kamu kehendaki. Dan jika kamu tambah, maka
itu lebih baik bagimu.”
Kata Ka’ab lagi: “Ya Rasul Allah, dua pertiganya?”
Jawab Rasul SAW tetap: “Sebanyak yang
kamu kehendaki. Dan jika kamu tambah maka itu lebih baik bagimu.”
Maka Ka’ab berkata: “Ya Rasul Allah, jadi shalawatku seluruhnya aku berikan kepadamu?”
Rasul SAW berkata: “Kalau begitu,
shalawatmu mencukupi tekadmu, dan di ampunilah dosamu.” (Syifa’un Syarif)
Maksudnya,bahwa para malaikat pemikul ‘Arsy itu membenarkan, bahwa
Tuhan itu Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya
dan tiada tara. Jadi bila anda bertanya: Mereka yang bertasbih memuji Tuhannya, lalu beriman
kepada-Nya. Padahal, tasbih itu hanyalah terjadi sesudah beriman. Maka
bagaimanakah pengertian firman-Nya: “Dan mereka beriman kepada-Nya?”
Saya jawab: “Pengertiannya ialah bahwa
itu merupakan peringatan, betapa mulia dan utamanya iman itu, dan merupakan anjuran
untuk beriman. Dan setelah Allah Ta’ala
‘Azza wa Jalla terhalang dari mereka oleh tabir-tabir keagungan,
keindahan dan kesempurnaan sifat-sifat-Nya,
maka Dia pun menyebut mereka sebagai
makhluk-makhluk beriman.” (Tafsir
Al-Khazin)
Dan bila anda masih
bertanya: “Bagaimana
pengertian mengenai permohonan ampun para malaikat untuk orang-orang yang
beriman, padahal mereka adalah orang-orang yang bertaubat lagi saleh, yang
dijanjikan akan mendapatkan ampun, sedang Allah
takkan menyalahi jani-Nya?”
Saya jawab: “Ini merupakan syafaat. Sedang pengertiannya ialah bertambahnya
dan pahala.” (Kasysyaf)
Ada pula ulama yang
mengatakan, permohonan ampun dari para malaikat untuk orang-orang yang beriman
ini adalah sebagai imbalan dari apa yang pernah mereka katakan:
“Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah)
di bumi itu, orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”
Yakni, oleh karena dulu
para malaikat itu terlanjur mengatakan apa yang telah mereka katakan, maka kini
mereka lantas memohonkan ampun bagi orang-orang mukmin, hal mana juga merupakan
peringatan bagi selain malaikat, bahwasanya wajib atas orang yang telah
memperkatakan diri orang lain, sebagai penyesalan atas kata-kata yang terlanjur
dia ucapkan. (Tafsir Al Khazin)
<Prev | 1 |
2
|
3 | Next> |
---|
Permohonan Ampun Malaikat Untuk Orang Mukmin
“Malaikat-malaikat
yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya, bertasbih memuji
Tuhan mereka dan mereka beriman kepada-Nya serta memohonkan ampun bagi
orang-orang yang beriman (seraya
mengucapkan): ‘Ya
Tuhan kami, rahmat dari ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah
ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan
peliharalah mereka dari siksa neraka yang bernyala-nyala.’” (QS.Ghafir:7)
Tafsir
(Malaikat-malaikat
yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya),
mereka adalah para malaikat Karubiyyun,
yaitu malaikat-malaikat yang tertinggi tingkatannya dan yang pertama-tama
diwujudkan. Dibawah ‘Arsy oleh mereka dan berkerumunannya mereka di
sekelilingnya, adalah kata-kata majaz
tentang pemeliharaan dan pengendalian mereka terhadapnya, dan kata-kata kinayah tentang betapa dekatnya mereka
kepada pemilik ‘Arsy dan tingginya kedudukan mereka di sisi-Nya, dan bahwa
mereka adalah para perantara untuk melaksanakan perintah-Nya.
(Bertasbih
memuji Tuhan mereka), menyebut Allah
dengan sifat-sifat yang memuat pujian, yaitu sifat-sifat keagungan dan
kemuliaan. Adapun dijadikannya tasbih sebagai pokok predikat, sedang pujian sebagai hal (keterangan keadaan), karena memuji
itulah muqtadhal hal
(suasana yang meliputi) para malaikat
itu, sedang tasbih tidak.
(Dan
mereka beriman kepada-Nya). Allah
memberitahukan tentang keimanan para malaikat, sebagai pernyataan tentang
betapa utamanya keimanan dan penghormatan terhadap orang yang beriman. Dan ayat
ini memang berkaitan dengan iman, sebagaimana Dia menyatakan dengan firman-Nya:
(Serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman).
Dan juga, dalam rangka memberi pengertian, bahwa para malaikat pemikul ‘Arsy dan penghuni ‘Arsy adalah sama dalam pengetahuan Allah, yakni sebagai bantahan terhadap kaum Mujassimah. Adapun bahwa mereka menanggung taubat, dan diilhami ucapan-ucapan yang menyebabkan turunnya ampunan. Dan ayat ini, juga memuat peringatan bahwa persekutuan iman, mewajibkan adanya pemberian nasihat dan kasih sayang, sekalipun terhadap perbedaan jenis makhluk. Karena persekutuan imanlah hubungan yang paling kuat, sebagaimana difirmankan Allah Ta’ala: “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara.”
(Ya
Tuhan kami). Maksudnya, para malaikat itu mengucapkan: “Ya Tuhan kami.” Kata-kata ini adalah keterangan
atau hal
dari Yastaghfiruuna.
(Engkau
meliputi segala sesuatu dengan rahmat dan ilmu). Maksudnya, rahmat
dan ilmu Allah meliputi. Disini, fi’il digeser
dari fa’il-nya
yang asli, untuk menyatakan kedalaman yang sejauh-jauhnya (ighraq) dalam mensifati Allah
dengan rahmat dan ilmu, dan sebagai pernyataan bersangatan (mubalaghah) tentang meratanya rahmat dan
ilmu Allah itu. Adapun di
dahulukannya rahmat, adalah karena rahmat itulah yang menjadi sasaran utama
disini.
(Maka
ampunilah orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau), yaitu orang-orang yang Engkau ketahui taubatnya dan mengikuti jalan yang benar.
(Dan
jagalah mereka dari siksa neraka yang bernyala-nyala) dan peliharalah
mereka daripadanya. Kata-kata ini merupakan pernyataan setelah diberikannya
pengertian, sebagai penguat dan untuk menunjukkan betapa dahsyatnya azab
mereka.
(Qadhi
Baidhawi)
Menurut Imam Muhammad bin
Mahmud As-Samarqandi mengenai firman Allah
Ta’ala:
“(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy.”
Ibnu Abbas RA. Berkata: “Sesungguhnya
para malaikat pemikul ‘Arsy, kaki-kaki mereka terletak dibumi yang paling
bawah, sedang kepala-kepala mereka menembus ‘Arsy. Mereka dalam keadaan tunduk
tidak mengangkat pandangan mereka.”
Dan dari Ja’far bin Muhammad, dari ayahnya, dari
kakeknya, berkata: “Sesungguhnya Allah
Ta’ala memandang kepada suatu bahan inti (jauharah), maka berubahlah ia menjadi merah. Kemudian, dipandang-Nya jauharah itu untuk kedua
kalinya, maka ia pun leleh dan bergetar, karena takut kepada Tuhannya. Kemudian
dipandang-Nya ia untuk ketiga kalinya, maka berubahlah menjadi
air. Kemudian dipandang-Nya ia untuk
keempat kalinya, maka membekulah
separonya. Dan dari yang separo ini, diciptakanlah oleh-Nya ‘Arsy, sedang dari separo yang lain air. Kemudian dibiarkan-Nya dalam keadaan demikian, yang oleh
karenanya ia terus bergetar sampai hari kiamat.”
Demikian petikan dari As-Samarqandi.
Keterangan Tentang Neraka (4)
Dan mereka, yakin para malaikat Zabaniyah diciptakan oleh Allah dengan tidak memiliki rasa belas dan kasih. Semoga Allah Ta’ala menyelamatkan kita dari tangan-tangan mereka, dalam keadaan aman.
Keterangan Tentang Neraka (3)
Allah tidak menjawab seruan mereka selama dua kali lipat masa tinggal mereka di dunia. Kemudian, dijawab juga seruan mereka itu seraya firman-Nya:“Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan Aku.”
Keterangan Tentang Neraka (2)
Maka Jibril AS lalu mengambil api sebesar dzarrah dan dicucinya tujuh puluh kali dalam tujuh puluh sungai, kemudian dibawanya kepada Nabi Adam AS, lalu diletakkannya di atas gunung yang sangat tinggi. Maka lelehlah gunung tersebut, sedang api itu kembali ke tempat semula, tinggal asapnya saja yang ada di dalam batu-batu dan besi sampai sekarang.
Keterangan Tentang Neraka
Ayat ini memuat petunjuk, bahwasanya tidak ada pembebanan sebelum ada syariat, karena para malaikat itu memberi alasan atas pemburukkan mereka terhadap orang-orang kafir, dengan telah datangnya rasul-rasul dan telah disampaikannya kitab-kitab.
Berlaku Adil dan Berbuat Kebajikan (4)
Barangsiapa menahan kejengkelan, sedang dia mampu melampiaskannya, maka Allah akan memanggilnya pada hari kiamat, disaksikan oleh seluruh makhluk, sehingga dia boleh memilih bidadari yang mana yang dia kehendaki.
Berlaku Adil dan Berbuat Kebajikan (3)
Barangsiapa pernah menganiaya saudaranya mengenai kehormatan atau sesuatu yang lain, maka hendaklah ia meminta maaf kepadanya hari ini sebelum tiada lagi dinar maupun dirham.
Berlaku Adil dan Berbuat Kebajikan (2)
Beginilah ciri-ciri orang penghuni surga dan penghuni neraka yang tertulis dalam kitab Durratun Nashihin...
Berlaku Adil dan Berbuat Kebajikan
(Berbuat kebajikan) melakukan ketaatan-ketaatan dengan baik, yaitu baik ditinjau dari kuantitas, seperti menunaikan ibadah-ibadah sunnah, maupun ditinjau dari kualitas,
Subscribe to:
Posts (Atom)
"Kami telah siap melayani anda di Seluruh Indonesia"
|
|||