Keutamaan Puasa (5)

   Ada yang mengatakan, hikmah dari difardhukannya puasa tiga puluh hari ialah, bahwa nenek moyang kita, Adam a.s ketika memakan buah pohon dalam Surga, maka buah itu tetap tinggal dalam perutnya selama tiga puluh hari. Dan tatkala dia bertaubat kepada Allah Ta’ala, maka Allah menyuruhnya berpuasa tiga puluh hari tiga puluh malam. Karena kelezatan dunia itu ada empat: makan, minum, bersetubuh dan tidur.

Keutamaan Puasa (4)

   Ketahuilah, bahwa puasa adalah ibadah yang tak bisa diteliti oleh indra hamba Allah. Artinya, hanya diketahui oleh Allah semata dan orang yang berpuasa itu sendiri. Dengan demikian, puasa adalah merupakan ibadah antara Tuhan dengan hamba-Nya. Dan oleh karena itu puasa ini merupakan ibadah dan ketaatan yang hanya diketahui oleh Allah semata, maka ibadah ini Dia nisbatkan dengan Diri-Nya sendiri, seraya firman-Nya:

Keutamaan Puasa (3)

Dan bersumber dari Jabir, dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda:
  “Apabila tiba malam terakhir dari bulan Ramadhan, maka menangislah langit, bumi dan para malaikat atas musibah yang menimpa umat Muhammad SAW.
Seorang bertanya: “Ya Rasulullah, musibah apakah itu?”
Jawab Rasul SAW: “Perginya bulan Ramadhan. Karena sesungguhnya doa-doa di waktu itu dikabulkan, sedekah-sedekah diterima, kebaikan-kebaikan dilipatkan, sedang azab ditahan.”

Keutamaan Puasa (2)

Durratun Nashihin Fil Wa'zhi Wal Irsyad
   Bersumber dari Abdurrahman bin ’Auf, dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda:
“Jibril telah datang kepadaku lalu berkata, ‘Hai Muhammad, tidak seorang pun yang bershalawat kepadamu, kecuali ada tujuh puluh ribu malaikat yang mendoakannya. Dan barangsiapa didoakan para malaikat, maka dia tergolong penghuni surga’.” (Zubdah)

Keutamaan Puasa

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
   “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka jika diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.” (QS. Al-Baqarah: 183-184)

Keutamaan Bulan Ramadhan (5)

   Dan bersumber dari Anas bin Malik r.a, dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda:
“Barangsiapa menghadiri majlis ilmu pada bulan Ramadhan, maka Allah Ta’ala menetapkan baginya untuk setiap langkah, ibadah satu tahun, sedang ia akan ada bersamaku di bawah ‘Arsy. Dan barangsiapa senantiasa berjama’ah pada bulan Ramadhan, maka Allah Ta’ala memberinya untuk setiap raka’at, sebuah kota yang penuh dengan nikmat-nikmat Allah Ta’ala. Dan barangsiapa berbuat baik kepada ibu bapaknya pada bulan Ramadhan, maka ia mendapat perhatian Allah Ta’ala dengan penuh rahmat, sedang aku menjamin dia masuk surga. Dan tidak ada seorang wanita pun yang memohon ridha dari suaminya pada bulan Ramadhan, kecuali dia mendapatkan pahala Maryam dan ‘Aisyah dan barangsiapa memenuhi hajat saudaranya yang muslim pada bulan Ramadhan, maka Allah Ta’ala memenuhi seribu hajatnya pada hari kiamat.”
   Bersumber dari Abu Hurairah r.a bahwa dia berkata, Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa memasang lampu pada salah satu Masjid Allah Ta’ala pada bulan Ramadhan, maka dia akan memperoleh cahaya dalam kuburnya, dan ditetapkan baginya pahala orang-orang yang melakukan shalat di dalam Masjid itu, didoakan oleh para malaikat, dan dimohonkan ampunan oleh para Pemikul ‘Arsy selagi lampu itu masih berada dalam Masjid.” (Dzakhiratul ‘Abidin)
   Diriwayatkan dari Nabi SAW, bahwa beliau bersabda:
“Apabila tiba malam pertama bulan Ramadhan, maka setan-setan dan jin-jin Marid diikat, sedang pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satu pintu pun di antaranya yang dibuka. Dan pintu-pintu surga pun dibuka, tidak ada satu pintu pun di antaranya yang ditutup. Sedang Allah Ta’ala pada malam hari setiap bulan Ramadhan, berfirman tiga kali: ‘Apakah ada orang yang meminta, maka akan Aku beri permintaannya? Apakah ada orang yang bertaubat, maka akan Aku terima taubatnya? Apakah ada orang yang memohon ampunan, maka akan Aku ampuni dia?’ dan Allah membebaskan pada setiap hari dari bulan Ramadhan sejuta tawanan dari neraka, yang seharusnya diazab. Dan apabila tiba hari Jum’at, Allah membebaskan setiap jam sejuta tawanan dari neraka. Dan apabila tiba hari terakhir dari bulan Ramadhan, maka Allah membebaskan sebanyak orang yang dibebaskan sejak awal bulan.” (Zubdatul Wa’izhin)
   Berpuasa pada hari yang meragukan ada tujuh macam: tiga di antaranya boleh tetapi makruh, dan yang tiga lagi boleh tanpa makruh, sedang yang satu sama sekali tidak boleh.

   Adapun tiga macam puasa yang boleh tetapi makruh:
Pertama, bila seorang yang berpuasa pada hari yang meragukan dengan niat puasa Ramadhan.
Kedua, bila dengan puasanya itu, berniat menunaikan kewajiban yang lain. dan
Ketiga, bila dia berpuasa pada hari itu dengan niat ragu-ragu, yakni bila hari itu termasuk bulan Ramadhan, maka di berniat puasa Ramadhan. Sedang bila termasuk bulan Sya’ban, maka dia berpuasa Sya’ban. Semua ini boleh.
   Adapun tiga macam yang boleh tanpa makruh, adalah apabila orang itu berpuasa pada hari yang meragukan dengan niat puasa Tathawwu’ (sunnah), atau dengan niat puasa Sya’ban, atau dengan biat puasa mutlak.

   Adapun satu lagi yang sama sekali tidak boleh ialah, apabila dia berpuasa pada hari yang meragukan dengan syarat, bila hari itu termasuk bulan Ramadhan, maka saya berpuasa sedang kalau tidak, maka tidak berpuasa. Berpuasa seperti ini sama sekali tidak boleh. (Qadhikhan)


<<Sebelumnya (1) (2) (3) (4) (5) Selanjutnya>>

Keutamaan Bulan Ramadhan (4)

Selanjutnya, Allah Ta’ala berfirman: “Apa yang engkau inginkan, hai Ramadhan?”
Maka Ramadhan menjawab: “Tempatkanlah dia di sisi Nabi-Mu.”
Oleh Allah, orang itu pun di tempatkan dalam surga Firdaus.
Lalu Allah berfirman lagi: “Hai Ramadhan, apa yang engkau inginkan lagi?”
Jawabnya: “Engkau telah memenuhi keperluanku, Ya Robbi. Tetapi manakah kemuliaan-Mu?”
Maka Allah memberikan seratus kota, terbuat dari permata yaqut merah dan zabarjad hijau, sedang pada setiap kota terdapat seribu istana. (Zahratur Riyadh)
   Bersumber dari Ibnu Mas’ud r.a, dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda: “Sesungguhnya orang yang paling mulia disisiku pada hari kiamat, ialah orang yang paling banyak membaca shalawat untukku.”

   Bersumber dari Zaid bin Rafi’, dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda: “Barangsiapa bershalawat untukku seratus kali pada hari Jum’at, maka Allah mengampuninya, sekalipun dosa-dosanya bagaikan buih di laut.” (Zubdatul Wa’izhin)
   Kh. Abu Hurairah, -maksudnya Abu Hurairah telah meriwayatkan darinya- : “Barangsiapa yang berdiri pada bulan Ramadhan,” maksudnya menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan beribadah, selain malam qadar, karena menghormatinya. Atau maksudnya: dia melaksanakan shalat Tarawih di bulan Ramadhan, “karena iman,” yakni mempercayai pahalanya, “dan berharap,” yakni ikhlas…… imaanan dan ihtidaaban, di-nashab-kan, menjadi hal. Atau karena kedua-duanya maf’ul lahu. “Maka diampunilah dosa-dosanya yang telah lewat.” (Masyariq)

   Dan bersumber dari Ibnu Abbas, dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda:
“Apabila tiba hari pertama bulan Ramadhan, maka bertiuplah angin dari bawah ‘Arsy yang disebut angin Mutsirah, dan bergerak-geraklah daun-daun pohon dalam surga, sehingga terdengarlah oleh karena gema, yang orang tidak pernah mendengar gema yang lebih indah dari itu. Maka para bidadari pun memperhatikan itu, lalu berkata: “Ya Allah, jadikanlah untuk kami pada bulan ini suami-suami di antara hamba-hamba-Mu.”
Maka tidak seorang pun hamba Allah yang berpuasa pada bulan Ramadhan, kecuali dijodohkan oleh Allah Ta’ala dengan seorang istri dari bidadari-bidadari itu dalam rumah, sebagaimana Allah Ta’ala mengatakan dalam firman-Nya yang dahulu: “(bidadari-bidadari jelita yang putih bersih dipingit dalam rumah). Sedang setiap bidadari mengenakan tujuh puluh pakaian yang warnanya tidak sama. Dan untuk setiap wanita ada sebuah tahta terbuat dari permata yaqut merah bertahtakan mutiara, dan pada setiap tahta , terdapat tujuh puluh kasur dan tujuh puluh hidangan dari berbagai macam-macam makanan. Ini semua untuk orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan, selain (pahala) kebaikan-kebaikan yang pernah dilakukannya.”
   Maka seyogyanyalah bagi seorang mukmin, menghormati bulan Ramadhan, dan memelihara diri dari kemungkaran-kemungkaran, dan sibuk dengan ketaatan-ketaatan, yang berupa shalat, tasbih, dzikir dan membaca al-Qur’an.
Allah Ta’ala pernah berfirman kepada Nabi Musa a.s:
“Sesungguhnya Aku memberikan kepada umat Muhammad dua cahaya, supaya mereka tidak terkena bahaya dari dua kegelapan.”
Musa bertanya: “Apakah kedua cahaya itu, ya Rabbi?”
Allah Ta’ala menjawab: “Cahaya Ramadhan dan Cahaya al-Qur’an.”
Musa bertanya lagi: “Dan apakah kedua kegelapan itu, ya Rabbi?”
Allah Ta’ala menjawab: “Kegelapan kubur da kegelapan hari kiamat.”
(Durratul Wa’izhin)


Keutamaan Bulan Ramadhan (3)

   Sedang menurut sebuah khabar: “Apabila Nampak hilal bulan Ramadhan, maka berteriaklah ‘Arsy, Kursi, para malaikat dan lain-lainnya dengan mengucapkan: ‘Beruntunglah umat Muhammad SAW dengan kemuliaan yang ada di sisi Allah Ta’ala untuk mereka. Sedang matahari, bulan dan bintang-bintang, burung-burung di udara, ikan dalam air dan semua yang bernyawa dimuka bumi, siang dan malam memohonkan ampun untuk mereka, kecuali setan-setan yang terkutuk. Lalu pagi harinya, Allah Ta’ala tidak membiarkan seorang pun dari mereka kecuali diampuninya.’ Dan berfirmanlah Allah kepada para malaikat: ’Berikanlah shalatmu dan tasbihmu pada bulan Ramadhan kepada umat Muhammad SAW’.”
   Diceritakan, bahwa seorang lelaki bernama Muhammad, sama sekali tak pernah melakukan shalat. Tetapi, apabila masuk bulan Ramadhan, maka dia menghiasi dirinya dengan pakaian dan minyak wangi, lalu melunasi shalat yang ia lewatkan.
Dia ditanya: “Kenapakah kamu melakukan seperti itu?”
Maka jawabnya: “Ini adalah bulan taubat, rahmat dan berkat. Semoga Allah mengmpuni aku dengan karunia-Nya.”
Orang itu meninggal dunia, lalu seseorang bermimpi melihatnya.
Dia di Tanya: “Apakah yang telah Allah lakukan terhadapmu?”
Dia menjawab: “Tuhanku telah mengampuni aku, karena terhormatnya pengagunganku terhadap Ramadhan.”
   Dan diriwayatkan dari Umar Ibnu Khaththab r.a, dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda: “Apabila seseorang dari kamu sekalian bangun dari tidurnya pada bulan Ramadhan, lalu bergerak dari satu sisi ke sisi yang lain, maka berkatalah seorang malaikat kepadanya: “Bangkitlah, semoga Allah memberkati kamu dan semoga Allah mengasihi kamu.” Apabila orang itu bangkit dengan berniat melakukan shalat, maka tempat tidurnya itu mendoakan dia, seraya mengucapkan: “Ya Allah, berilah dia kasur-kasur yang tinggi.” Dan apabila dia mengenakan pakaiannya, maka pakaiannya mendoakannya dia seraya mengucapkan: “Ya Allah, berilah dia pakaian-pakaian surga.” Dan apabila dia mengenakan kedua sandalnya, maka sandalnya itu mendoakan dia, seraya mengucapkan: “Ya Allah, mantapkanlah kedua kakinya pada Shirath.” Dan apabila dia mengambil bejana, maka bejana itu mendoakan dia, seraya mengucapkan: “Ya Allah, berilah dia piala-piala surga.” Dan apabila dia berwudhu’, maka airnya mendoakan dia, seraya mengucapkan: “Ya Allah, bersihkanlah dia dari dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan.” Dan apabila dia berdiri untuk memulai shalatnya, maka rumahnya mendoakan dia, seraya mengucapkan: “Ya Allah, tambahlah rahmat untuknya.” Sedang Allah Ta’ala memandang kepadanya dengan penuh rahmat, lalu berfirman ketika orang itu berdoa: “Hai hamba-Ku, darimu doa, sedang dari Kami perkenan. Darimu permintaan, sedang dari Kami pemberian. Dan darimu permohonan ampun, sedang dari Kami ampunan.” (Zubdatul Wa’izhin)
   Menurut sebuah khabar: Bahwa Ramadhan pada hari kiamat datang dalam rupa yang paling indah. Maka bersujudlah ia di hadapan Allah Ta’ala, maka Allah Ta’ala berfirman: “Hai Ramadhan, mintalah apa hajatmu, lalu ambillah tangan orang yang mengetahui kewajiban terhadapmu.”
Maka Ramadhan itu pun berputar-putar di pelataran kiamat, lalu mengambil tangan orang yang mengetahui kewajiban terhadapnya. Maka berdirilah ia di hadapan Allah Ta’ala. Kemudian Allah berfirman: “Hai Ramadhan, apa yang engkau inginkan?”
Jawab Ramadhan: “Hamba ingin agar Engkau memahkotai orang itu dengan mahkota kebesaran.”
Maka Allah Ta’ala pun memahkotai orang itu dengan seribu mahkota, kemudian orang itu memberi syafaat untuk tujuh puluh ribu orang yang telah melakukan dosa-dosa besar. Kemudian di jodohkan dengan seribu bidadari, yang setiap bidadari disertai tujuh puluh ribu dayang-dayang. 


Keutamaan Bulan Ramadhan (2)

   Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, bahwa dia berkata, Sabda Rasulullah SAW: “Tersungkurlah hidung seseorang –maksudnya, ia ditimpa kehinaan dan kerendahan- yang aku disebut di sisinya, sedang dia tidak membaca shalawat untukku. Dan tersungkurlah hidung seseorang, yang kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya ada di sisinya, sedang dia tidak melakukan sesuatu perbuatan untuk memenuhi hak keduanya, yang didatangi bulan Ramadhan , sedangkan Ramadhan itu usai dia belum mendapat ampunan. Karena Ramadhan adalah bulan rahmat dan ampunan dari Allah Ta’ala. Jadi, kalau dia tidak diampuni pada bulan itu, maka merugilah dia.” (Zubdatul Wa’izhin)
   Dan dirwayatkan pula dari Rasulullah SAW: “Barangsiapa bershalawat untukku pada hari Jum’at seratus kali, maka ia datang pada hari kiamat disertai cahaya, yang sekiranya cahaya itu dibagikan di antara seluruh makhluk, niscaya meratai mereka.” (Zubdatul Wa’izhin)
   Dan diriwayatkan pula dari Nabi SAW, bahwa beliau bersabda: “Barangsiapa merasa gembira dengan masuknya bulan Ramadhan, maka Allah mengharamkan tubuhnya terhadap neraka.”

   Dan sabdanya Nabi SAW pula: “Apabila tiba malam pertanda bulan Ramadhan, maka Allah Ta’ala berfirman: ‘Barangsiapa yang mencintai Kami, maka Kami pun mencintainya, dan barangsiapa yang mencari Kami maka Kami pun akan mencarinya, dan barangsiapa yang memohon ampunan kepada Kami, maka Kami pun mengampuninya demi kehormatan bulan Ramadhan.’ Lalu Allah Ta’ala menyuruh para Malaikat Pencatat yang mulia pada bulan Ramadhan, supaya mencatat kebaikan-kebaikan mereka dan tidak mencatat keburukan-keburukan mereka, dan Allah Ta’ala menghapuskan dari mereka dosa-dosa mereka yang telah lewat.”
   Diriwayatkan pula, bahwa lembaran-lembaran Ibrahim a.s diturunkan pada malam pertama bulan Ramadhan, sedang Taurat pada malam keenam bulan Ramadhan, tujuh ratus tahun setelah lembaran-lembaran Ibrahim a.s. dan Zabur pada malam kedua belas bulan Ramadhan, lima ratus tahun setelah Taurat. Injil, pada malam kedelapan belas bulan Ramadhan, seribu dua ratus tahun sesudah Zabur. Sedang al-Qur’an pada malam kedua puluh tujuh bulan Ramadhan, enam ratus dua puluh tahun sesudah Injil. (Kitabul Hayat)

   Dan dari Ibnu Abbas r.a, bahwa dia mengatakan, Pernah saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Sekiranya umatku tahu apa yang ada pada bulan Ramadhan, niscaya mereka menginginkan agar setahun penuh menjadi Ramadhan. Karena pada bulan itu kebaikan dihimpun, ketaatan diterima, doa-doa dikabulkan, dosa-dosa diampuni, sedang surga merindukan mereka.” (Zubdatul Wa’izhin)
   Dan dari Hafshah al-Kabir, bahwa dia berkata, Daud ath-Tha’i berkata: “Pernah saya tertidur pada malam pertama bulan Ramadhan, maka saya melihat surga seolah-olah saya duduk di tepi sebuah sungai terbuat dari mutiara dan intan, ketika tiba-tiba saya melihat bidadari-bidadari surga yang cemerlang wajahnya bagaikan matahari.
Maka aku pun berucap: “Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah.”
Maka jawab mereka: “Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah.”
Dan mengatakan: “Kami adalah kepunyaan orang-orang yang memuji Allah, orang yang berpuasa, ruku’ dan sujud pada bulan Ramadhan.”
Dan oleh karena itulah, Rasulullah SAW bersabda:
“Surga itu rindu kepada empat orang: Orang yang membaca al-Qur’an, orang yang menjaga lidahnya, orang yang memberi makan kepada mereka yang kelaparan, dan orang-orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan.” (Raunaqul Majlis)


Keutamaan Bulan Ramadhan

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
“Bulan Ramadhan bulan yang di dalamnya Al-Qur’an diturunkan, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda.” (QS. Al-Baqarah:185)
Tafsir
   Syahru Ramadhaan adalah mubtada’, yang khabarnya ialah kalimat sesudahnya, atau khabar dari mubtada’ yang mahdzuf, yang taqdirnya ialah Dzaalikum syahru ramadhaana (beberapa hari yang di tentukan itu ialah bulan Ramadhan), atau badal dari as-Shiyam, berdasarkan hadzful mudhaf. Yakni: Kutiba ‘alaikumush-Shiyaamu shiyaamu syahri ramadhaana (diwajibkan kepadamu berpuasa, yaitu puasa bulan Ramadhan).
Distrik Belanja, Industri dan Marketing
   Syahru dibaca mansub atas dasar adanya kata-kata Shuumuu yang mudhmar, atau atas dasar bahwa Syahra adalah maf’ul dari Wa ‘an tashuumuu, akan tetapi uraian yang terakhir ini dha’if atau badal dari Ayyaaman ma’duudaat.

   Dan asy-Syahru adalah dari kata asy-Syuhrah (kemasyhuran). Sedang Ramadhan adalah masdar dari Ramadha, yang artinya: terbakar.
Kata-kata Syahru di-mudhaf-kan kepadanya, sedang ia dijadikan isim ‘alam, dan tidak boleh diberi alif maupun tanwin, sebagaimana kata-kata Da’yah ketika sudah menjadi Ibnu Da’yah, gelar dari burung, dikarenakan sudah menjadi isim ‘alam dan mu’annats.

   Adapun sabda Rasulullah SAW: “Man Shaama ramadhaana,” maka dasarnya adalah Hadzful mudhaf, karena tidak diragukan lagi.
Tuhfatul Arusy

   Dan bulan Ramadhan mereka sebut demikian, tak lain karena barangkali mereka terbakar pada bulan itu disebabkan oleh panasnya rasa lapar dan haus, atau karena terbakarnya dosa-dosa di waktu itu, atau karena bulan itu terjadi pada musim ramadh, yakni musim panas di kala mereka mengalihkan nama-nama bulan dari bahasa kuno.

“Yang di dalamnya diturunkan al-Qur’an.” Maksudnya yang di dalamnya Al-Qur’an mulai diturunkan, yaitu pada malam Qadar. Atau di dalamnya al-Qur’an diturunkan seluruhnya ke langit yang terendah, selanjutnya secara berangsur-angsur ke bumi. Atau, diturunkan ayat al-Qur’an mengenai bulan Ramadhan, yaitu firman Allah Ta’ala:
“Diwajibkan atas kamu puasa.”
   Dan diriwayatkan dari Nabi SAW: “Lembaran-lembaran Ibrahim AS diturunkan pada malam pertama bulan Ramadhan, Taurat diturunkan pada malam keenam Ramadhan, Injil pada malam kesepuluh, dan Zabur pada malam kedelapan belas Ramadhan, sedang al-Qur’an pada malam kedua puluh empat.”

   Sedang Isim maushul beserta jumlah shilah-nya, adalah khabar dari mubtada’, atau sifatnya, sedang khabar-nya ialah Faman syahida. Sedang huruf fa adalah untuk mensifati mubtada’ dengan sifat yang memuat makna syarath. Dan hal ini memberi pengertian, bahwa diturunkannya al-Qur’an pada bulan Ramadhan itulah yang menjadi sebab diwajibkannya puasa secara khusus pada bulan itu.
“Sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelas-penjelas mengenai petunjuk itu dan pembela.” Hudan lin-naasi wa bayyinaatin minal hudaa wal-furqaani, adalah hal dari al-Qur’an. Maksudnya: al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadhan, sedang ia merupakan peunjuk Allah bagi umat manusia dengan kemu’jizatannya dan ayat-ayatnya yang terang, yang dapat menunjukkan kepada kebenaran, dan membedakan antara kebenaran dan kebatilan, dikarenakan al-Qur’an memuat hikmah-hikmah dan hukum-hukum.
(Qadhi Baidhawi)
<<Sebelumnya (1) (2) (3) (4) (5) Selanjutnya>>
Bergabunglah bersama kami dalam mengelola perdagangan Nasional.
"Kami telah siap melayani anda di Seluruh Indonesia"