Ada yang mengatakan,
hikmah dari difardhukannya puasa tiga puluh hari ialah, bahwa nenek moyang
kita, Adam a.s ketika memakan buah
pohon dalam Surga, maka buah itu tetap tinggal dalam perutnya selama tiga puluh
hari. Dan tatkala dia bertaubat kepada Allah
Ta’ala, maka Allah menyuruhnya
berpuasa tiga puluh hari tiga puluh malam. Karena kelezatan dunia itu ada
empat: makan,
minum,
bersetubuh
dan tidur.
Keutamaan Puasa (4)
Ketahuilah, bahwa puasa
adalah ibadah yang tak bisa diteliti oleh indra hamba Allah. Artinya, hanya diketahui oleh Allah semata dan orang yang berpuasa itu sendiri. Dengan demikian,
puasa adalah merupakan ibadah antara Tuhan dengan hamba-Nya. Dan oleh karena itu puasa ini merupakan ibadah dan ketaatan
yang hanya diketahui oleh Allah
semata, maka ibadah ini Dia
nisbatkan dengan Diri-Nya sendiri,
seraya firman-Nya:
Keutamaan Puasa (3)
Dan bersumber dari Jabir,
dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda:
“Apabila tiba malam terakhir dari bulan
Ramadhan, maka menangislah langit, bumi dan para malaikat atas musibah yang
menimpa umat Muhammad SAW.
Seorang bertanya: “Ya Rasulullah, musibah apakah itu?”
Jawab Rasul SAW: “Perginya bulan
Ramadhan. Karena sesungguhnya doa-doa di waktu itu dikabulkan, sedekah-sedekah
diterima, kebaikan-kebaikan dilipatkan, sedang azab ditahan.”
Keutamaan Puasa (2)
Durratun Nashihin Fil Wa'zhi Wal Irsyad |
“Jibril
telah datang kepadaku lalu berkata, ‘Hai Muhammad, tidak seorang pun yang bershalawat kepadamu,
kecuali ada tujuh puluh ribu malaikat yang mendoakannya. Dan barangsiapa
didoakan para malaikat, maka dia tergolong penghuni surga’.” (Zubdah)
Keutamaan Puasa
Dengan menyebut nama Allah Yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan
atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertaqwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka jika diantara kamu
ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya
berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.” (QS. Al-Baqarah: 183-184)
Keutamaan Bulan Ramadhan (5)
Dan bersumber dari Anas bin Malik r.a, dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda:
“Barangsiapa menghadiri majlis ilmu pada bulan Ramadhan, maka Allah Ta’ala menetapkan baginya untuk setiap langkah, ibadah satu tahun, sedang ia akan ada bersamaku di bawah ‘Arsy. Dan barangsiapa senantiasa berjama’ah pada bulan Ramadhan, maka Allah Ta’ala memberinya untuk setiap raka’at, sebuah kota yang penuh dengan nikmat-nikmat Allah Ta’ala. Dan barangsiapa berbuat baik kepada ibu bapaknya pada bulan Ramadhan, maka ia mendapat perhatian Allah Ta’ala dengan penuh rahmat, sedang aku menjamin dia masuk surga. Dan tidak ada seorang wanita pun yang memohon ridha dari suaminya pada bulan Ramadhan, kecuali dia mendapatkan pahala Maryam dan ‘Aisyah dan barangsiapa memenuhi hajat saudaranya yang muslim pada bulan Ramadhan, maka Allah Ta’ala memenuhi seribu hajatnya pada hari kiamat.”
Bersumber dari Abu Hurairah r.a bahwa dia berkata, Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa memasang lampu pada salah satu Masjid Allah Ta’ala pada bulan Ramadhan, maka dia akan memperoleh cahaya dalam kuburnya, dan ditetapkan baginya pahala orang-orang yang melakukan shalat di dalam Masjid itu, didoakan oleh para malaikat, dan dimohonkan ampunan oleh para Pemikul ‘Arsy selagi lampu itu masih berada dalam Masjid.” (Dzakhiratul ‘Abidin)
Diriwayatkan dari Nabi SAW, bahwa beliau bersabda:
“Apabila tiba malam pertama bulan Ramadhan, maka setan-setan dan jin-jin Marid diikat, sedang pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satu pintu pun di antaranya yang dibuka. Dan pintu-pintu surga pun dibuka, tidak ada satu pintu pun di antaranya yang ditutup. Sedang Allah Ta’ala pada malam hari setiap bulan Ramadhan, berfirman tiga kali: ‘Apakah ada orang yang meminta, maka akan Aku beri permintaannya? Apakah ada orang yang bertaubat, maka akan Aku terima taubatnya? Apakah ada orang yang memohon ampunan, maka akan Aku ampuni dia?’ dan Allah membebaskan pada setiap hari dari bulan Ramadhan sejuta tawanan dari neraka, yang seharusnya diazab. Dan apabila tiba hari Jum’at, Allah membebaskan setiap jam sejuta tawanan dari neraka. Dan apabila tiba hari terakhir dari bulan Ramadhan, maka Allah membebaskan sebanyak orang yang dibebaskan sejak awal bulan.” (Zubdatul Wa’izhin)
Berpuasa pada hari yang meragukan ada tujuh macam: tiga di antaranya boleh tetapi makruh, dan yang tiga lagi boleh tanpa makruh, sedang yang satu sama sekali tidak boleh.
Adapun tiga macam puasa yang boleh tetapi makruh:
Pertama, bila seorang yang berpuasa pada hari yang meragukan dengan niat puasa Ramadhan.
Kedua, bila dengan puasanya itu, berniat menunaikan kewajiban yang lain. dan
Ketiga, bila dia berpuasa pada hari itu dengan niat ragu-ragu, yakni bila hari itu termasuk bulan Ramadhan, maka di berniat puasa Ramadhan. Sedang bila termasuk bulan Sya’ban, maka dia berpuasa Sya’ban. Semua ini boleh.
Adapun tiga macam yang boleh tanpa makruh, adalah apabila orang itu berpuasa pada hari yang meragukan dengan niat puasa Tathawwu’ (sunnah), atau dengan niat puasa Sya’ban, atau dengan biat puasa mutlak.
Adapun satu lagi yang sama sekali tidak boleh ialah, apabila dia berpuasa pada hari yang meragukan dengan syarat, bila hari itu termasuk bulan Ramadhan, maka saya berpuasa sedang kalau tidak, maka tidak berpuasa. Berpuasa seperti ini sama sekali tidak boleh. (Qadhikhan)
Keutamaan Bulan Ramadhan (4)
Selanjutnya, Allah Ta’ala
berfirman: “Apa
yang engkau inginkan, hai Ramadhan?”
Maka Ramadhan menjawab: “Tempatkanlah
dia di sisi Nabi-Mu.”
Oleh Allah, orang itu
pun di tempatkan dalam surga Firdaus.
Lalu Allah berfirman
lagi: “Hai Ramadhan, apa
yang engkau inginkan lagi?”
Jawabnya: “Engkau telah
memenuhi keperluanku, Ya Robbi. Tetapi manakah kemuliaan-Mu?”
Maka Allah memberikan
seratus kota, terbuat dari permata yaqut merah dan zabarjad hijau, sedang pada
setiap kota terdapat seribu istana. (Zahratur
Riyadh)
Bersumber dari Ibnu Mas’ud r.a, dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda: “Sesungguhnya
orang yang paling mulia disisiku pada hari kiamat, ialah orang yang paling
banyak membaca shalawat untukku.”
Bersumber dari Zaid bin Rafi’, dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda: “Barangsiapa
bershalawat untukku seratus kali pada hari Jum’at, maka Allah mengampuninya,
sekalipun dosa-dosanya bagaikan buih di laut.” (Zubdatul Wa’izhin)
Kh. Abu Hurairah, -maksudnya Abu Hurairah telah meriwayatkan darinya-
: “Barangsiapa yang berdiri pada bulan Ramadhan,”
maksudnya menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan beribadah, selain malam
qadar, karena menghormatinya. Atau maksudnya: dia melaksanakan shalat Tarawih
di bulan Ramadhan, “karena iman,” yakni
mempercayai pahalanya, “dan berharap,”
yakni ikhlas…… imaanan dan ihtidaaban, di-nashab-kan, menjadi hal. Atau
karena kedua-duanya maf’ul lahu. “Maka
diampunilah dosa-dosanya yang telah lewat.” (Masyariq)
Dan bersumber dari Ibnu Abbas, dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda:
“Apabila tiba hari pertama bulan Ramadhan, maka
bertiuplah angin dari bawah ‘Arsy yang disebut angin Mutsirah, dan
bergerak-geraklah daun-daun pohon dalam surga, sehingga terdengarlah oleh
karena gema, yang orang tidak pernah mendengar gema yang lebih indah dari itu.
Maka para bidadari pun memperhatikan itu, lalu berkata: “Ya Allah, jadikanlah untuk kami pada bulan ini suami-suami di antara
hamba-hamba-Mu.”
Maka tidak seorang pun hamba Allah yang berpuasa pada bulan Ramadhan, kecuali dijodohkan oleh Allah Ta’ala dengan seorang istri dari
bidadari-bidadari itu dalam rumah, sebagaimana Allah Ta’ala mengatakan dalam firman-Nya yang dahulu: “(bidadari-bidadari jelita yang
putih bersih dipingit dalam rumah). Sedang setiap bidadari mengenakan tujuh
puluh pakaian yang warnanya tidak sama. Dan untuk setiap wanita ada sebuah
tahta terbuat dari permata yaqut merah bertahtakan mutiara, dan pada setiap
tahta , terdapat tujuh puluh kasur dan tujuh puluh hidangan dari berbagai
macam-macam makanan. Ini semua untuk orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan,
selain (pahala) kebaikan-kebaikan yang pernah dilakukannya.”
Maka seyogyanyalah bagi
seorang mukmin, menghormati bulan Ramadhan, dan memelihara diri dari
kemungkaran-kemungkaran, dan sibuk dengan ketaatan-ketaatan, yang berupa shalat,
tasbih, dzikir dan membaca al-Qur’an.
Allah Ta’ala pernah
berfirman kepada Nabi Musa a.s:
“Sesungguhnya
Aku memberikan kepada umat Muhammad dua cahaya, supaya mereka tidak terkena
bahaya dari dua kegelapan.”
Musa bertanya: “Apakah kedua cahaya itu, ya Rabbi?”
Allah
Ta’ala menjawab: “Cahaya
Ramadhan dan Cahaya al-Qur’an.”
Musa bertanya
lagi: “Dan apakah kedua kegelapan itu, ya Rabbi?”
Allah
Ta’ala menjawab: “Kegelapan
kubur da kegelapan hari kiamat.”
(Durratul Wa’izhin)Keutamaan Bulan Ramadhan (3)
Sedang menurut sebuah
khabar: “Apabila
Nampak hilal bulan Ramadhan, maka berteriaklah ‘Arsy, Kursi, para malaikat dan lain-lainnya dengan mengucapkan: ‘Beruntunglah umat Muhammad SAW dengan kemuliaan yang ada
di sisi Allah Ta’ala untuk mereka. Sedang matahari, bulan dan bintang-bintang,
burung-burung di udara, ikan dalam air dan semua yang bernyawa dimuka bumi,
siang dan malam memohonkan ampun untuk mereka, kecuali setan-setan yang
terkutuk. Lalu pagi harinya, Allah Ta’ala tidak membiarkan seorang pun dari
mereka kecuali diampuninya.’ Dan
berfirmanlah Allah kepada para malaikat: ’Berikanlah shalatmu dan tasbihmu pada bulan Ramadhan kepada
umat Muhammad SAW’.”
Diceritakan, bahwa
seorang lelaki bernama Muhammad, sama sekali tak pernah melakukan shalat.
Tetapi, apabila masuk bulan Ramadhan, maka dia menghiasi dirinya dengan pakaian
dan minyak wangi, lalu melunasi shalat yang ia lewatkan.
Dia ditanya: “Kenapakah kamu
melakukan seperti itu?”
Maka
jawabnya: “Ini
adalah bulan taubat, rahmat dan berkat. Semoga Allah mengmpuni aku dengan
karunia-Nya.”
Orang itu meninggal dunia, lalu seseorang bermimpi melihatnya.
Dia di Tanya: “Apakah yang
telah Allah lakukan terhadapmu?”
Dia menjawab: “Tuhanku telah
mengampuni aku, karena terhormatnya pengagunganku terhadap Ramadhan.”
Dan diriwayatkan dari Umar Ibnu Khaththab r.a, dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda: “Apabila
seseorang dari kamu sekalian bangun dari tidurnya pada bulan Ramadhan, lalu
bergerak dari satu sisi ke sisi yang lain, maka berkatalah seorang malaikat
kepadanya: “Bangkitlah, semoga Allah memberkati kamu dan semoga Allah mengasihi kamu.” Apabila orang itu bangkit dengan berniat melakukan
shalat, maka tempat tidurnya itu mendoakan dia, seraya mengucapkan: “Ya Allah, berilah
dia kasur-kasur yang tinggi.” Dan apabila
dia mengenakan pakaiannya, maka pakaiannya mendoakannya dia seraya mengucapkan: “Ya Allah, berilah
dia pakaian-pakaian surga.” Dan apabila dia
mengenakan kedua sandalnya, maka sandalnya itu mendoakan dia, seraya mengucapkan: “Ya Allah,
mantapkanlah kedua kakinya pada Shirath.”
Dan apabila dia mengambil bejana, maka bejana itu mendoakan dia, seraya mengucapkan: “Ya Allah, berilah
dia piala-piala surga.” Dan apabila dia berwudhu’, maka airnya mendoakan dia,
seraya mengucapkan: “Ya Allah, bersihkanlah dia dari dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan.” Dan apabila dia berdiri untuk memulai shalatnya, maka rumahnya mendoakan
dia, seraya mengucapkan: “Ya Allah, tambahlah rahmat untuknya.” Sedang Allah
Ta’ala memandang kepadanya dengan penuh rahmat, lalu berfirman ketika orang
itu berdoa: “Hai hamba-Ku, darimu doa,
sedang dari Kami perkenan. Darimu permintaan, sedang dari Kami pemberian. Dan
darimu permohonan ampun, sedang dari Kami ampunan.” (Zubdatul Wa’izhin)
Menurut sebuah khabar:
Bahwa Ramadhan pada hari kiamat datang dalam rupa yang paling indah. Maka
bersujudlah ia di hadapan Allah Ta’ala,
maka Allah Ta’ala berfirman: “Hai Ramadhan, mintalah apa
hajatmu, lalu ambillah tangan orang yang mengetahui kewajiban terhadapmu.”
Maka Ramadhan itu pun berputar-putar di pelataran kiamat, lalu
mengambil tangan orang yang mengetahui kewajiban terhadapnya. Maka berdirilah
ia di hadapan Allah Ta’ala. Kemudian
Allah berfirman: “Hai Ramadhan, apa yang engkau
inginkan?”
Jawab Ramadhan: “Hamba ingin
agar Engkau memahkotai orang itu dengan mahkota kebesaran.”
Maka
Allah Ta’ala pun memahkotai orang
itu dengan seribu mahkota, kemudian orang itu memberi syafaat untuk tujuh puluh
ribu orang yang telah melakukan dosa-dosa besar. Kemudian di jodohkan dengan
seribu bidadari, yang setiap bidadari disertai tujuh puluh ribu dayang-dayang. Keutamaan Bulan Ramadhan (2)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, bahwa dia berkata,
Sabda Rasulullah SAW: “Tersungkurlah
hidung seseorang –maksudnya, ia ditimpa kehinaan dan kerendahan- yang aku
disebut di sisinya, sedang dia tidak membaca shalawat untukku. Dan
tersungkurlah hidung seseorang, yang kedua orang tuanya atau salah satu dari
keduanya ada di sisinya, sedang dia tidak melakukan sesuatu perbuatan untuk memenuhi
hak keduanya, yang didatangi bulan Ramadhan , sedangkan Ramadhan itu usai dia
belum mendapat ampunan. Karena Ramadhan adalah bulan rahmat dan ampunan dari
Allah Ta’ala. Jadi, kalau dia tidak diampuni pada bulan itu, maka merugilah
dia.” (Zubdatul Wa’izhin)
Dan dirwayatkan pula dari
Rasulullah SAW: “Barangsiapa bershalawat untukku pada hari
Jum’at seratus kali, maka ia datang pada hari kiamat disertai cahaya, yang
sekiranya cahaya itu dibagikan di antara seluruh makhluk, niscaya meratai
mereka.” (Zubdatul Wa’izhin)
Dan diriwayatkan pula
dari Nabi SAW, bahwa beliau
bersabda: “Barangsiapa
merasa gembira dengan masuknya bulan Ramadhan, maka Allah mengharamkan tubuhnya
terhadap neraka.”
Dan sabdanya Nabi SAW pula: “Apabila tiba malam pertanda bulan Ramadhan,
maka Allah Ta’ala berfirman: ‘Barangsiapa
yang mencintai Kami, maka Kami pun mencintainya, dan barangsiapa yang mencari
Kami maka Kami pun akan mencarinya, dan barangsiapa yang memohon ampunan kepada
Kami, maka Kami pun mengampuninya demi kehormatan bulan Ramadhan.’ Lalu Allah Ta’ala menyuruh para Malaikat Pencatat yang
mulia pada bulan Ramadhan, supaya mencatat kebaikan-kebaikan mereka dan tidak
mencatat keburukan-keburukan mereka, dan Allah Ta’ala menghapuskan dari mereka
dosa-dosa mereka yang telah lewat.”
Diriwayatkan pula, bahwa
lembaran-lembaran Ibrahim a.s
diturunkan pada malam pertama bulan Ramadhan, sedang Taurat pada malam keenam bulan Ramadhan, tujuh ratus tahun setelah
lembaran-lembaran Ibrahim a.s. dan Zabur pada malam kedua belas bulan Ramadhan,
lima ratus tahun setelah Taurat. Injil, pada malam kedelapan belas bulan
Ramadhan, seribu dua ratus tahun sesudah Zabur.
Sedang al-Qur’an pada malam kedua
puluh tujuh bulan Ramadhan, enam ratus dua puluh tahun sesudah Injil. (Kitabul Hayat)
Dan dari Ibnu Abbas r.a, bahwa dia mengatakan,
Pernah saya mendengar Rasulullah SAW
bersabda: “Sekiranya
umatku tahu apa yang ada pada bulan Ramadhan, niscaya mereka menginginkan agar
setahun penuh menjadi Ramadhan. Karena pada bulan itu kebaikan dihimpun,
ketaatan diterima, doa-doa dikabulkan, dosa-dosa diampuni, sedang surga
merindukan mereka.” (Zubdatul
Wa’izhin)
Dan dari Hafshah al-Kabir, bahwa dia berkata, Daud ath-Tha’i berkata: “Pernah saya
tertidur pada malam pertama bulan Ramadhan, maka saya melihat surga seolah-olah
saya duduk di tepi sebuah sungai terbuat dari mutiara dan intan, ketika
tiba-tiba saya melihat bidadari-bidadari surga yang cemerlang wajahnya bagaikan
matahari.
Maka aku pun
berucap: “Tiada Tuhan
selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah.”
Maka
jawab mereka:
“Tiada Tuhan selain
Allah, Muhammad adalah utusan Allah.”
Dan
mengatakan:
“Kami adalah
kepunyaan orang-orang yang memuji Allah, orang yang berpuasa, ruku’ dan sujud
pada bulan Ramadhan.”
Dan oleh karena itulah, Rasulullah SAW bersabda:
“Surga itu rindu kepada empat
orang: Orang yang membaca al-Qur’an, orang yang menjaga lidahnya, orang yang
memberi makan kepada mereka yang kelaparan, dan orang-orang yang berpuasa pada
bulan Ramadhan.” (Raunaqul
Majlis)Keutamaan Bulan Ramadhan
Dengan menyebut nama Allah Yang
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
“Bulan
Ramadhan bulan yang di dalamnya Al-Qur’an diturunkan, sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda.” (QS.
Al-Baqarah:185)
Tafsir
Syahru Ramadhaan adalah mubtada’, yang khabarnya ialah kalimat sesudahnya, atau khabar dari mubtada’ yang
mahdzuf, yang taqdirnya ialah Dzaalikum syahru ramadhaana
(beberapa hari yang di tentukan itu ialah bulan Ramadhan), atau badal dari as-Shiyam, berdasarkan hadzful mudhaf. Yakni: Kutiba
‘alaikumush-Shiyaamu shiyaamu syahri ramadhaana (diwajibkan kepadamu
berpuasa, yaitu puasa bulan Ramadhan).
Syahru dibaca mansub atas dasar adanya kata-kata Shuumuu yang mudhmar, atau atas dasar bahwa Syahra adalah maf’ul dari Wa ‘an tashuumuu, akan tetapi uraian
yang terakhir ini dha’if atau badal
dari Ayyaaman
ma’duudaat.
Dan asy-Syahru adalah dari
kata asy-Syuhrah
(kemasyhuran). Sedang Ramadhan adalah masdar dari Ramadha, yang artinya: terbakar.
Kata-kata Syahru di-mudhaf-kan kepadanya, sedang ia dijadikan isim ‘alam, dan tidak boleh diberi alif maupun tanwin,
sebagaimana kata-kata Da’yah ketika
sudah menjadi Ibnu Da’yah, gelar dari burung, dikarenakan sudah menjadi isim ‘alam dan mu’annats.
Adapun sabda Rasulullah
SAW: “Man Shaama ramadhaana,” maka dasarnya
adalah Hadzful mudhaf, karena tidak
diragukan lagi.
Dan bulan Ramadhan mereka
sebut demikian, tak lain karena barangkali mereka terbakar pada bulan itu
disebabkan oleh panasnya rasa lapar dan haus, atau karena terbakarnya dosa-dosa
di waktu itu, atau karena bulan itu terjadi pada musim ramadh, yakni musim panas
di kala mereka mengalihkan nama-nama bulan dari bahasa kuno.
“Yang
di dalamnya diturunkan al-Qur’an.” Maksudnya yang di dalamnya
Al-Qur’an mulai diturunkan, yaitu pada malam Qadar. Atau di dalamnya al-Qur’an diturunkan seluruhnya ke langit
yang terendah, selanjutnya secara berangsur-angsur ke bumi. Atau, diturunkan
ayat al-Qur’an mengenai bulan Ramadhan, yaitu firman Allah Ta’ala:
“Diwajibkan
atas kamu puasa.”
Dan diriwayatkan dari Nabi SAW: “Lembaran-lembaran Ibrahim AS diturunkan
pada malam pertama bulan Ramadhan, Taurat diturunkan pada malam keenam
Ramadhan, Injil pada malam kesepuluh, dan Zabur pada malam kedelapan belas
Ramadhan, sedang al-Qur’an pada malam kedua puluh empat.”
Sedang Isim maushul beserta jumlah shilah-nya, adalah khabar dari mubtada’, atau sifatnya, sedang khabar-nya
ialah Faman syahida. Sedang huruf fa adalah untuk mensifati mubtada’ dengan sifat yang memuat makna syarath. Dan hal ini memberi pengertian,
bahwa diturunkannya al-Qur’an pada bulan Ramadhan itulah yang menjadi sebab
diwajibkannya puasa secara khusus pada bulan itu.
“Sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelas-penjelas mengenai petunjuk itu dan pembela.” Hudan
lin-naasi wa bayyinaatin minal hudaa wal-furqaani, adalah hal dari
al-Qur’an. Maksudnya: al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadhan, sedang ia
merupakan peunjuk Allah bagi umat manusia dengan kemu’jizatannya dan
ayat-ayatnya yang terang, yang dapat menunjukkan kepada kebenaran, dan
membedakan antara kebenaran dan kebatilan, dikarenakan al-Qur’an memuat
hikmah-hikmah dan hukum-hukum.
(Qadhi Baidhawi)
Subscribe to:
Posts (Atom)
"Kami telah siap melayani anda di Seluruh Indonesia"
|
|||