Ada yang mengatakan,
hikmah dari difardhukannya puasa tiga puluh hari ialah, bahwa nenek moyang
kita, Adam a.s ketika memakan buah
pohon dalam Surga, maka buah itu tetap tinggal dalam perutnya selama tiga puluh
hari. Dan tatkala dia bertaubat kepada Allah
Ta’ala, maka Allah menyuruhnya
berpuasa tiga puluh hari tiga puluh malam. Karena kelezatan dunia itu ada
empat: makan,
minum,
bersetubuh
dan tidur.
Keutamaan Puasa (4)
Ketahuilah, bahwa puasa
adalah ibadah yang tak bisa diteliti oleh indra hamba Allah. Artinya, hanya diketahui oleh Allah semata dan orang yang berpuasa itu sendiri. Dengan demikian,
puasa adalah merupakan ibadah antara Tuhan dengan hamba-Nya. Dan oleh karena itu puasa ini merupakan ibadah dan ketaatan
yang hanya diketahui oleh Allah
semata, maka ibadah ini Dia
nisbatkan dengan Diri-Nya sendiri,
seraya firman-Nya:
Keutamaan Puasa (3)
Dan bersumber dari Jabir,
dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda:
“Apabila tiba malam terakhir dari bulan
Ramadhan, maka menangislah langit, bumi dan para malaikat atas musibah yang
menimpa umat Muhammad SAW.
Seorang bertanya: “Ya Rasulullah, musibah apakah itu?”
Jawab Rasul SAW: “Perginya bulan
Ramadhan. Karena sesungguhnya doa-doa di waktu itu dikabulkan, sedekah-sedekah
diterima, kebaikan-kebaikan dilipatkan, sedang azab ditahan.”
Keutamaan Puasa (2)
Durratun Nashihin Fil Wa'zhi Wal Irsyad |
“Jibril
telah datang kepadaku lalu berkata, ‘Hai Muhammad, tidak seorang pun yang bershalawat kepadamu,
kecuali ada tujuh puluh ribu malaikat yang mendoakannya. Dan barangsiapa
didoakan para malaikat, maka dia tergolong penghuni surga’.” (Zubdah)
Keutamaan Puasa
Dengan menyebut nama Allah Yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan
atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertaqwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka jika diantara kamu
ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya
berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.” (QS. Al-Baqarah: 183-184)
Keutamaan Bulan Ramadhan (5)
Dan bersumber dari Anas bin Malik r.a, dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda:
“Barangsiapa menghadiri majlis ilmu pada bulan Ramadhan, maka Allah Ta’ala menetapkan baginya untuk setiap langkah, ibadah satu tahun, sedang ia akan ada bersamaku di bawah ‘Arsy. Dan barangsiapa senantiasa berjama’ah pada bulan Ramadhan, maka Allah Ta’ala memberinya untuk setiap raka’at, sebuah kota yang penuh dengan nikmat-nikmat Allah Ta’ala. Dan barangsiapa berbuat baik kepada ibu bapaknya pada bulan Ramadhan, maka ia mendapat perhatian Allah Ta’ala dengan penuh rahmat, sedang aku menjamin dia masuk surga. Dan tidak ada seorang wanita pun yang memohon ridha dari suaminya pada bulan Ramadhan, kecuali dia mendapatkan pahala Maryam dan ‘Aisyah dan barangsiapa memenuhi hajat saudaranya yang muslim pada bulan Ramadhan, maka Allah Ta’ala memenuhi seribu hajatnya pada hari kiamat.”
Bersumber dari Abu Hurairah r.a bahwa dia berkata, Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa memasang lampu pada salah satu Masjid Allah Ta’ala pada bulan Ramadhan, maka dia akan memperoleh cahaya dalam kuburnya, dan ditetapkan baginya pahala orang-orang yang melakukan shalat di dalam Masjid itu, didoakan oleh para malaikat, dan dimohonkan ampunan oleh para Pemikul ‘Arsy selagi lampu itu masih berada dalam Masjid.” (Dzakhiratul ‘Abidin)
Diriwayatkan dari Nabi SAW, bahwa beliau bersabda:
“Apabila tiba malam pertama bulan Ramadhan, maka setan-setan dan jin-jin Marid diikat, sedang pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satu pintu pun di antaranya yang dibuka. Dan pintu-pintu surga pun dibuka, tidak ada satu pintu pun di antaranya yang ditutup. Sedang Allah Ta’ala pada malam hari setiap bulan Ramadhan, berfirman tiga kali: ‘Apakah ada orang yang meminta, maka akan Aku beri permintaannya? Apakah ada orang yang bertaubat, maka akan Aku terima taubatnya? Apakah ada orang yang memohon ampunan, maka akan Aku ampuni dia?’ dan Allah membebaskan pada setiap hari dari bulan Ramadhan sejuta tawanan dari neraka, yang seharusnya diazab. Dan apabila tiba hari Jum’at, Allah membebaskan setiap jam sejuta tawanan dari neraka. Dan apabila tiba hari terakhir dari bulan Ramadhan, maka Allah membebaskan sebanyak orang yang dibebaskan sejak awal bulan.” (Zubdatul Wa’izhin)
Berpuasa pada hari yang meragukan ada tujuh macam: tiga di antaranya boleh tetapi makruh, dan yang tiga lagi boleh tanpa makruh, sedang yang satu sama sekali tidak boleh.
Adapun tiga macam puasa yang boleh tetapi makruh:
Pertama, bila seorang yang berpuasa pada hari yang meragukan dengan niat puasa Ramadhan.
Kedua, bila dengan puasanya itu, berniat menunaikan kewajiban yang lain. dan
Ketiga, bila dia berpuasa pada hari itu dengan niat ragu-ragu, yakni bila hari itu termasuk bulan Ramadhan, maka di berniat puasa Ramadhan. Sedang bila termasuk bulan Sya’ban, maka dia berpuasa Sya’ban. Semua ini boleh.
Adapun tiga macam yang boleh tanpa makruh, adalah apabila orang itu berpuasa pada hari yang meragukan dengan niat puasa Tathawwu’ (sunnah), atau dengan niat puasa Sya’ban, atau dengan biat puasa mutlak.
Adapun satu lagi yang sama sekali tidak boleh ialah, apabila dia berpuasa pada hari yang meragukan dengan syarat, bila hari itu termasuk bulan Ramadhan, maka saya berpuasa sedang kalau tidak, maka tidak berpuasa. Berpuasa seperti ini sama sekali tidak boleh. (Qadhikhan)
Keutamaan Bulan Ramadhan (4)
Selanjutnya, Allah Ta’ala
berfirman: “Apa
yang engkau inginkan, hai Ramadhan?”
Maka Ramadhan menjawab: “Tempatkanlah
dia di sisi Nabi-Mu.”
Oleh Allah, orang itu
pun di tempatkan dalam surga Firdaus.
Lalu Allah berfirman
lagi: “Hai Ramadhan, apa
yang engkau inginkan lagi?”
Jawabnya: “Engkau telah
memenuhi keperluanku, Ya Robbi. Tetapi manakah kemuliaan-Mu?”
Maka Allah memberikan
seratus kota, terbuat dari permata yaqut merah dan zabarjad hijau, sedang pada
setiap kota terdapat seribu istana. (Zahratur
Riyadh)
Bersumber dari Ibnu Mas’ud r.a, dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda: “Sesungguhnya
orang yang paling mulia disisiku pada hari kiamat, ialah orang yang paling
banyak membaca shalawat untukku.”
Bersumber dari Zaid bin Rafi’, dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda: “Barangsiapa
bershalawat untukku seratus kali pada hari Jum’at, maka Allah mengampuninya,
sekalipun dosa-dosanya bagaikan buih di laut.” (Zubdatul Wa’izhin)
Kh. Abu Hurairah, -maksudnya Abu Hurairah telah meriwayatkan darinya-
: “Barangsiapa yang berdiri pada bulan Ramadhan,”
maksudnya menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan beribadah, selain malam
qadar, karena menghormatinya. Atau maksudnya: dia melaksanakan shalat Tarawih
di bulan Ramadhan, “karena iman,” yakni
mempercayai pahalanya, “dan berharap,”
yakni ikhlas…… imaanan dan ihtidaaban, di-nashab-kan, menjadi hal. Atau
karena kedua-duanya maf’ul lahu. “Maka
diampunilah dosa-dosanya yang telah lewat.” (Masyariq)
Dan bersumber dari Ibnu Abbas, dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda:
“Apabila tiba hari pertama bulan Ramadhan, maka
bertiuplah angin dari bawah ‘Arsy yang disebut angin Mutsirah, dan
bergerak-geraklah daun-daun pohon dalam surga, sehingga terdengarlah oleh
karena gema, yang orang tidak pernah mendengar gema yang lebih indah dari itu.
Maka para bidadari pun memperhatikan itu, lalu berkata: “Ya Allah, jadikanlah untuk kami pada bulan ini suami-suami di antara
hamba-hamba-Mu.”
Maka tidak seorang pun hamba Allah yang berpuasa pada bulan Ramadhan, kecuali dijodohkan oleh Allah Ta’ala dengan seorang istri dari
bidadari-bidadari itu dalam rumah, sebagaimana Allah Ta’ala mengatakan dalam firman-Nya yang dahulu: “(bidadari-bidadari jelita yang
putih bersih dipingit dalam rumah). Sedang setiap bidadari mengenakan tujuh
puluh pakaian yang warnanya tidak sama. Dan untuk setiap wanita ada sebuah
tahta terbuat dari permata yaqut merah bertahtakan mutiara, dan pada setiap
tahta , terdapat tujuh puluh kasur dan tujuh puluh hidangan dari berbagai
macam-macam makanan. Ini semua untuk orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan,
selain (pahala) kebaikan-kebaikan yang pernah dilakukannya.”
Maka seyogyanyalah bagi
seorang mukmin, menghormati bulan Ramadhan, dan memelihara diri dari
kemungkaran-kemungkaran, dan sibuk dengan ketaatan-ketaatan, yang berupa shalat,
tasbih, dzikir dan membaca al-Qur’an.
Allah Ta’ala pernah
berfirman kepada Nabi Musa a.s:
“Sesungguhnya
Aku memberikan kepada umat Muhammad dua cahaya, supaya mereka tidak terkena
bahaya dari dua kegelapan.”
Musa bertanya: “Apakah kedua cahaya itu, ya Rabbi?”
Allah
Ta’ala menjawab: “Cahaya
Ramadhan dan Cahaya al-Qur’an.”
Musa bertanya
lagi: “Dan apakah kedua kegelapan itu, ya Rabbi?”
Allah
Ta’ala menjawab: “Kegelapan
kubur da kegelapan hari kiamat.”
(Durratul Wa’izhin)Keutamaan Bulan Ramadhan (3)
Sedang menurut sebuah
khabar: “Apabila
Nampak hilal bulan Ramadhan, maka berteriaklah ‘Arsy, Kursi, para malaikat dan lain-lainnya dengan mengucapkan: ‘Beruntunglah umat Muhammad SAW dengan kemuliaan yang ada
di sisi Allah Ta’ala untuk mereka. Sedang matahari, bulan dan bintang-bintang,
burung-burung di udara, ikan dalam air dan semua yang bernyawa dimuka bumi,
siang dan malam memohonkan ampun untuk mereka, kecuali setan-setan yang
terkutuk. Lalu pagi harinya, Allah Ta’ala tidak membiarkan seorang pun dari
mereka kecuali diampuninya.’ Dan
berfirmanlah Allah kepada para malaikat: ’Berikanlah shalatmu dan tasbihmu pada bulan Ramadhan kepada
umat Muhammad SAW’.”
Diceritakan, bahwa
seorang lelaki bernama Muhammad, sama sekali tak pernah melakukan shalat.
Tetapi, apabila masuk bulan Ramadhan, maka dia menghiasi dirinya dengan pakaian
dan minyak wangi, lalu melunasi shalat yang ia lewatkan.
Dia ditanya: “Kenapakah kamu
melakukan seperti itu?”
Maka
jawabnya: “Ini
adalah bulan taubat, rahmat dan berkat. Semoga Allah mengmpuni aku dengan
karunia-Nya.”
Orang itu meninggal dunia, lalu seseorang bermimpi melihatnya.
Dia di Tanya: “Apakah yang
telah Allah lakukan terhadapmu?”
Dia menjawab: “Tuhanku telah
mengampuni aku, karena terhormatnya pengagunganku terhadap Ramadhan.”
Dan diriwayatkan dari Umar Ibnu Khaththab r.a, dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda: “Apabila
seseorang dari kamu sekalian bangun dari tidurnya pada bulan Ramadhan, lalu
bergerak dari satu sisi ke sisi yang lain, maka berkatalah seorang malaikat
kepadanya: “Bangkitlah, semoga Allah memberkati kamu dan semoga Allah mengasihi kamu.” Apabila orang itu bangkit dengan berniat melakukan
shalat, maka tempat tidurnya itu mendoakan dia, seraya mengucapkan: “Ya Allah, berilah
dia kasur-kasur yang tinggi.” Dan apabila
dia mengenakan pakaiannya, maka pakaiannya mendoakannya dia seraya mengucapkan: “Ya Allah, berilah
dia pakaian-pakaian surga.” Dan apabila dia
mengenakan kedua sandalnya, maka sandalnya itu mendoakan dia, seraya mengucapkan: “Ya Allah,
mantapkanlah kedua kakinya pada Shirath.”
Dan apabila dia mengambil bejana, maka bejana itu mendoakan dia, seraya mengucapkan: “Ya Allah, berilah
dia piala-piala surga.” Dan apabila dia berwudhu’, maka airnya mendoakan dia,
seraya mengucapkan: “Ya Allah, bersihkanlah dia dari dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan.” Dan apabila dia berdiri untuk memulai shalatnya, maka rumahnya mendoakan
dia, seraya mengucapkan: “Ya Allah, tambahlah rahmat untuknya.” Sedang Allah
Ta’ala memandang kepadanya dengan penuh rahmat, lalu berfirman ketika orang
itu berdoa: “Hai hamba-Ku, darimu doa,
sedang dari Kami perkenan. Darimu permintaan, sedang dari Kami pemberian. Dan
darimu permohonan ampun, sedang dari Kami ampunan.” (Zubdatul Wa’izhin)
Menurut sebuah khabar:
Bahwa Ramadhan pada hari kiamat datang dalam rupa yang paling indah. Maka
bersujudlah ia di hadapan Allah Ta’ala,
maka Allah Ta’ala berfirman: “Hai Ramadhan, mintalah apa
hajatmu, lalu ambillah tangan orang yang mengetahui kewajiban terhadapmu.”
Maka Ramadhan itu pun berputar-putar di pelataran kiamat, lalu
mengambil tangan orang yang mengetahui kewajiban terhadapnya. Maka berdirilah
ia di hadapan Allah Ta’ala. Kemudian
Allah berfirman: “Hai Ramadhan, apa yang engkau
inginkan?”
Jawab Ramadhan: “Hamba ingin
agar Engkau memahkotai orang itu dengan mahkota kebesaran.”
Maka
Allah Ta’ala pun memahkotai orang
itu dengan seribu mahkota, kemudian orang itu memberi syafaat untuk tujuh puluh
ribu orang yang telah melakukan dosa-dosa besar. Kemudian di jodohkan dengan
seribu bidadari, yang setiap bidadari disertai tujuh puluh ribu dayang-dayang. Keutamaan Bulan Ramadhan (2)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, bahwa dia berkata,
Sabda Rasulullah SAW: “Tersungkurlah
hidung seseorang –maksudnya, ia ditimpa kehinaan dan kerendahan- yang aku
disebut di sisinya, sedang dia tidak membaca shalawat untukku. Dan
tersungkurlah hidung seseorang, yang kedua orang tuanya atau salah satu dari
keduanya ada di sisinya, sedang dia tidak melakukan sesuatu perbuatan untuk memenuhi
hak keduanya, yang didatangi bulan Ramadhan , sedangkan Ramadhan itu usai dia
belum mendapat ampunan. Karena Ramadhan adalah bulan rahmat dan ampunan dari
Allah Ta’ala. Jadi, kalau dia tidak diampuni pada bulan itu, maka merugilah
dia.” (Zubdatul Wa’izhin)
Dan dirwayatkan pula dari
Rasulullah SAW: “Barangsiapa bershalawat untukku pada hari
Jum’at seratus kali, maka ia datang pada hari kiamat disertai cahaya, yang
sekiranya cahaya itu dibagikan di antara seluruh makhluk, niscaya meratai
mereka.” (Zubdatul Wa’izhin)
Dan diriwayatkan pula
dari Nabi SAW, bahwa beliau
bersabda: “Barangsiapa
merasa gembira dengan masuknya bulan Ramadhan, maka Allah mengharamkan tubuhnya
terhadap neraka.”
Dan sabdanya Nabi SAW pula: “Apabila tiba malam pertanda bulan Ramadhan,
maka Allah Ta’ala berfirman: ‘Barangsiapa
yang mencintai Kami, maka Kami pun mencintainya, dan barangsiapa yang mencari
Kami maka Kami pun akan mencarinya, dan barangsiapa yang memohon ampunan kepada
Kami, maka Kami pun mengampuninya demi kehormatan bulan Ramadhan.’ Lalu Allah Ta’ala menyuruh para Malaikat Pencatat yang
mulia pada bulan Ramadhan, supaya mencatat kebaikan-kebaikan mereka dan tidak
mencatat keburukan-keburukan mereka, dan Allah Ta’ala menghapuskan dari mereka
dosa-dosa mereka yang telah lewat.”
Diriwayatkan pula, bahwa
lembaran-lembaran Ibrahim a.s
diturunkan pada malam pertama bulan Ramadhan, sedang Taurat pada malam keenam bulan Ramadhan, tujuh ratus tahun setelah
lembaran-lembaran Ibrahim a.s. dan Zabur pada malam kedua belas bulan Ramadhan,
lima ratus tahun setelah Taurat. Injil, pada malam kedelapan belas bulan
Ramadhan, seribu dua ratus tahun sesudah Zabur.
Sedang al-Qur’an pada malam kedua
puluh tujuh bulan Ramadhan, enam ratus dua puluh tahun sesudah Injil. (Kitabul Hayat)
Dan dari Ibnu Abbas r.a, bahwa dia mengatakan,
Pernah saya mendengar Rasulullah SAW
bersabda: “Sekiranya
umatku tahu apa yang ada pada bulan Ramadhan, niscaya mereka menginginkan agar
setahun penuh menjadi Ramadhan. Karena pada bulan itu kebaikan dihimpun,
ketaatan diterima, doa-doa dikabulkan, dosa-dosa diampuni, sedang surga
merindukan mereka.” (Zubdatul
Wa’izhin)
Dan dari Hafshah al-Kabir, bahwa dia berkata, Daud ath-Tha’i berkata: “Pernah saya
tertidur pada malam pertama bulan Ramadhan, maka saya melihat surga seolah-olah
saya duduk di tepi sebuah sungai terbuat dari mutiara dan intan, ketika
tiba-tiba saya melihat bidadari-bidadari surga yang cemerlang wajahnya bagaikan
matahari.
Maka aku pun
berucap: “Tiada Tuhan
selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah.”
Maka
jawab mereka:
“Tiada Tuhan selain
Allah, Muhammad adalah utusan Allah.”
Dan
mengatakan:
“Kami adalah
kepunyaan orang-orang yang memuji Allah, orang yang berpuasa, ruku’ dan sujud
pada bulan Ramadhan.”
Dan oleh karena itulah, Rasulullah SAW bersabda:
“Surga itu rindu kepada empat
orang: Orang yang membaca al-Qur’an, orang yang menjaga lidahnya, orang yang
memberi makan kepada mereka yang kelaparan, dan orang-orang yang berpuasa pada
bulan Ramadhan.” (Raunaqul
Majlis)Keutamaan Bulan Ramadhan
Dengan menyebut nama Allah Yang
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
“Bulan
Ramadhan bulan yang di dalamnya Al-Qur’an diturunkan, sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda.” (QS.
Al-Baqarah:185)
Tafsir
Syahru Ramadhaan adalah mubtada’, yang khabarnya ialah kalimat sesudahnya, atau khabar dari mubtada’ yang
mahdzuf, yang taqdirnya ialah Dzaalikum syahru ramadhaana
(beberapa hari yang di tentukan itu ialah bulan Ramadhan), atau badal dari as-Shiyam, berdasarkan hadzful mudhaf. Yakni: Kutiba
‘alaikumush-Shiyaamu shiyaamu syahri ramadhaana (diwajibkan kepadamu
berpuasa, yaitu puasa bulan Ramadhan).
Syahru dibaca mansub atas dasar adanya kata-kata Shuumuu yang mudhmar, atau atas dasar bahwa Syahra adalah maf’ul dari Wa ‘an tashuumuu, akan tetapi uraian
yang terakhir ini dha’if atau badal
dari Ayyaaman
ma’duudaat.
Dan asy-Syahru adalah dari
kata asy-Syuhrah
(kemasyhuran). Sedang Ramadhan adalah masdar dari Ramadha, yang artinya: terbakar.
Kata-kata Syahru di-mudhaf-kan kepadanya, sedang ia dijadikan isim ‘alam, dan tidak boleh diberi alif maupun tanwin,
sebagaimana kata-kata Da’yah ketika
sudah menjadi Ibnu Da’yah, gelar dari burung, dikarenakan sudah menjadi isim ‘alam dan mu’annats.
Adapun sabda Rasulullah
SAW: “Man Shaama ramadhaana,” maka dasarnya
adalah Hadzful mudhaf, karena tidak
diragukan lagi.
Dan bulan Ramadhan mereka
sebut demikian, tak lain karena barangkali mereka terbakar pada bulan itu
disebabkan oleh panasnya rasa lapar dan haus, atau karena terbakarnya dosa-dosa
di waktu itu, atau karena bulan itu terjadi pada musim ramadh, yakni musim panas
di kala mereka mengalihkan nama-nama bulan dari bahasa kuno.
“Yang
di dalamnya diturunkan al-Qur’an.” Maksudnya yang di dalamnya
Al-Qur’an mulai diturunkan, yaitu pada malam Qadar. Atau di dalamnya al-Qur’an diturunkan seluruhnya ke langit
yang terendah, selanjutnya secara berangsur-angsur ke bumi. Atau, diturunkan
ayat al-Qur’an mengenai bulan Ramadhan, yaitu firman Allah Ta’ala:
“Diwajibkan
atas kamu puasa.”
Dan diriwayatkan dari Nabi SAW: “Lembaran-lembaran Ibrahim AS diturunkan
pada malam pertama bulan Ramadhan, Taurat diturunkan pada malam keenam
Ramadhan, Injil pada malam kesepuluh, dan Zabur pada malam kedelapan belas
Ramadhan, sedang al-Qur’an pada malam kedua puluh empat.”
Sedang Isim maushul beserta jumlah shilah-nya, adalah khabar dari mubtada’, atau sifatnya, sedang khabar-nya
ialah Faman syahida. Sedang huruf fa adalah untuk mensifati mubtada’ dengan sifat yang memuat makna syarath. Dan hal ini memberi pengertian,
bahwa diturunkannya al-Qur’an pada bulan Ramadhan itulah yang menjadi sebab
diwajibkannya puasa secara khusus pada bulan itu.
“Sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelas-penjelas mengenai petunjuk itu dan pembela.” Hudan
lin-naasi wa bayyinaatin minal hudaa wal-furqaani, adalah hal dari
al-Qur’an. Maksudnya: al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadhan, sedang ia
merupakan peunjuk Allah bagi umat manusia dengan kemu’jizatannya dan
ayat-ayatnya yang terang, yang dapat menunjukkan kepada kebenaran, dan
membedakan antara kebenaran dan kebatilan, dikarenakan al-Qur’an memuat
hikmah-hikmah dan hukum-hukum.
(Qadhi Baidhawi)Celaan Terhadap Pemakan Riba (4)
Keterangan lebih lanjut dari ini terdapat dalam kitab-kitab Fiqih. Maka baiklah anda membaca asal nukilan ini, yang dinukil dari terjemahan ke bahasa Arab, dan doakanlah penukilnya yang fakir ini dengan doa-doa yang baik,
Celaan Terhadap Pemakan Riba (3)
Dan hal ini merupakan penegasan, bahwa nash itu membatalkan kias, karena penegasan ini menjadi penghalalan dan pengharaman Allah itu sebagai dalil atas batalnya kias mereka.
Celaan Terhadap Pemakan Riba (2)
Kemudian salah satu dari mereka bangkit. Maka miringlah karenanya perutnya, sehingga tersungkur, lalu tidak dapat lagi kembali, yakni tidak bisa meninggalkan tempat mereka,
Celaan Terhadap Pemakan Riba
Hukuman seperti itu adalah disebabkan mereka menganggap riba dan jual-beli sama saja, karena kedua-duanya mendatangkan laba, sehingga mereka menganggap riba halal, seperti halalnya jual-beli.
Permohonan Ampun Malaikat Untuk Orang Mukmin (4)
Dari sebagian ulama
diceritakan, bahwasanya sebelum Allah
Ta’ala menciptakan bumi, tempat ‘Arsy adalah air, sedang ‘Arsy itu berada
di atas air. Lalu Allah Ta’ala menyuruh
‘Arsy agar naik dari atas permukaan air, maka ia pun naik. Ia terus meninggi,
sehingga air yang ada di tempatnya tadi membentuk kubus dan menghantarkan ‘Arsy
naik besertanya sampai ke mana yang dikehendaki Allah. Kemudian Allah
menyuruh air kembali ke tempat semula, maka katanya: “Sekiranya Allah tidak menyuruh aku kembali ke tempatku, pasti aku hantar
engkau ke tempatmu.”
Maka Allah Ta’ala pun mewahyukan kepada air. “Sesungguhnya karena kamu telah memuliakan ‘Arsy dan telah
mengantarnya demi Aku, maka Aku jadikan tempatmu merupakan tanah yang paling
utama, dan Aku jadikan ia kiblat bagi semua makhluk, dan tempat orang berharap
memperoleh segala kebutuhan.”
Oleh karenanya, Nabi SAW
bersabda: “Barangsiapa
menghantarkan seorang tamu tujuh langkah, maka Allah menutup terhadapnya tujuh
pintu Jahannam. Dan apabila ia hantarkan tamu itu delapan langkah lagi, maka
Allah akan membukakan baginya delapan pintu surga, sehingga dapatlah ia
memasukinya dari pintu manapun yang ia kehendaki.” (Haqa’iq)
Dan disebutkan pula,
bahwa yang pertama-tama diciptakan Allah
Ta’ala ialah Qalam, kemudian Lauh. Maka disuruh-Nya Qalam untuk menulis
pada Lauh apa-apa yang akan terjadi
sampai hari kiamat. Kemudian, Dia
menciptakan apa yang Dia kehendaki
menurut kehendak-Nya yang azali,
kemudian Dia ciptakan ‘Arsy,
kemudian Dia ciptakan para malaikat
penanggung ‘Arsy, kemudian langit dan bumi. Dan bahwa sesungguhnya Allah menciptakan ‘Arsy adalah untuk
hamba-hamba-Nya, supaya mereka tahu
ke mana mereka mesti menghadapkan wajah ketika berdoa, agar tidak kebingungan
dalam berdoa, sebagaimana Dia telah
menciptakan Ka’bah, supaya mereka
tahu kemana mereka mesti menghadapkan muka dan beribadat. (Sekian dari As-Samarqandi)
Berkata Ats-Tsa’labi
mengenai firman Allah Ta’ala:
“Dan
menjunjung ‘Arsy Tuhanmu.”
Dari Ali bin Al-Husain RA, bahwa dia berkata: “Sesungguhnya Allah Ta’ala telah
menciptakan ‘Arsy, sedang sebelumnya Dia tidak menciptakan apa-apa selain tiga:
Udara, Qalam dan Nun, kemudian barulah menciptakan ‘Arsy dari bermacam-macam
cahaya, antara lain Cahaya hijau, yang olehnya terjadilah warna hijau. Cahaya kuning, karenanya
terjadilah warna kuning. Cahaya merah, yang oleh karenanya menjadi warna merah dan Cahaya putih, yang oleh
karenanya menjadi benderanglah cahaya-cahaya, dan dari cahaya itu pula
terangnya waktu siang. Kemudian Allah menjadikan ‘Arsy bertingkat-tingkat sampai tujuh juta
tingkat, yang tidak satu tingkat pun diantaranya kecuali bertasbih kepada Allah, memuji dan
mensucikan-Nya dengan suara-suara yang berbeda-beda, yang andaikata Allah Ta’ala mengizinkan
segala sesuatu untuk mendengarnya, pasti akan runtuhlah gunung-gunung dan
gedung-gedung dan akan keringlah lautan.”
“Dan
tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya.”
Berkata Ats-Tsa’labi: Telah menceritakan kepada
kami Ja’far bin Muhammad dari
ayahnya,dari kakeknya, bahwa dia berkata: “Pada ‘Arsy ada gambar dari semua makhluk yang telah
diciptakan Allah Ta’ala, baik yang di darat maupun di laut, dan
itulah takwil dari firman-Nya Ta’ala.” (Dan tidak ada sesuatupun, melainkan
pada sisi Kami-lah
khazanahnya).
Dan menurut khabar, bahwa
sesungguhnya Allah SWT telah
menyuruh semua malaikat berangkat pagi dan sore, untuk mengucapkan salam kepada
malaikat-malaikat pemikul ‘Arsy, karena keunggulan mereka atas
malaikat-malaikat yang lain.
Demikianlah petikan Ats-Tsa’labi, yang diucapkan pula oleh Imam Al-Baghawi dalam menafsirkan
firman Allah Ta’ala: “Kursi Allah meliputi langit
dan bumi.”
Sedang Abu Hurairah RA
berkata: “Kursi itu terletak
di depan ‘Arsy. Adapun arti “Wasi’a”, bahwa luasnya adalah seluas
langit dan bumi.”
Dan kata Ali dan Muqatil: “Masing-masing kaki kursi itu, tingginya
setinggi tujuh langit dan bumi, dan ia terletak di depan ‘Arsy.”
Demikian kata mereka.
Berkata Al-Allamah As-Suyuthi: Ibnu Jarir, Ibnu Mardawaih dan Abusy
Syaikh mengeluarkan dari Abu Dzarr
RA, ia berkata: Rasulullah SAW
bersabda: “Hai
Abu Dzar, langit yang tujuh pada kursi, hanyalah seumpama sebuah cincin yang
tergeletak di gurun, dan kelebihan ‘Arsy atas kursi, adalah sebagai kelebihan
gurun atas cincin tersebut.”
Dan Abusy Syaikh telah mengeluarkan dari Hammad, ia berkata: “Allah telah menciptakan ‘Arsy dari pertama zamrud hijau, dan
diciptakan-Nya pula baginya empat buah tiang dari permata yaqut merah,
dan diciptakan-Nya lagi baginya seribu bahasa, dan Allah menciptakan di
bumi seribu umat, masing-masing umat bertasbih dengan salah satu bahasa dari
bahasa-bahasa ‘Arsy.”
Dan Abusy Syaikh telah mengeluarkan pula dari Umar RA bahwa dia berkata: “Allah SWT telah menciptakan empat macam makhluk dengan
tangan-Nya, Adam AS, ‘Arsy, Qalam
dan Surga ‘Adn. Sedang terhadap makhluk-makhluk lain, Dia berfirman “Kun”, maka jadilah ia.”
Dan Abusy Syaikh mengeluarkan pula dari Utsman bin Sa’ad Ad-Darimi dalam kitabnya “Ar-Radd ‘alal Jahmiyah”, dari Ibnu Abbas RA, ia berkata: “Pemimpin langit
adalah ‘Arsy.”
Sesungguhnya telah kami bicarakan secara terperinci mengenai hal
ini, supaya sifat-sifat ‘Arsy itu diketahui oleh semua orang.
<Prev | 1 | 3 |
4
|
Next> |
---|
Permohonan Ampun Malaikat Untuk Orang Mukmin (3)
Dari Ibnu Abbas RA
bahwa dia berkata: “Setelah Allah
Ta’ala menciptakan ‘Arsy, maka disuruh-Nya
para malaikat pemikul ‘Arsy itu memikulnya, tetapi mereka merasa berat. Maka Allah Ta’ala berfirman: “Ucapkan olehmu sekalian ‘Subhanallaah’ (Maha Suci Allah).” Maka para malaikat itu
mengucapkan ‘Subhanallaah’, sehingga
menjadi ringanlah mereka memikulnya. Dan untuk seterusnya, mereka mengucapkan
sepanjang masa, ‘Subhanallaah’,
sampai saat Allah Ta’ala menciptakan
Adam AS, maka tatkala penciptaan Adam AS itu telah sempurna, dia pun
bersin, dan Allah Ta’ala
mengilhamkan kepadanya ucapan ‘Alhamdulillaah’
(Segala Puji bagi Allah). Maka Adam pun mengucapkan ‘Alhamdulillaah’, lalu Allah
Ta’ala berfirman: ‘Yarhamukallaah’ (Allah merahmati kamu). Untuk
inilah Aku telah menciptakan kamu,
hai Adam.”
Para malaikat berkata: “Kalimat ini
sangatlah agung, tidak patut kita malalaikannya.”
Lalu kalimat ini mereka gandengkan dengan kalimat yang pertama
tadi sedemikian rupa, sehingga mereka ucapkan sepanjang masa, ‘Subhanallaahi walhamdu lillaah’ (Maha Suci Allah, dan segala Puji bagi Allah). Dan mereka pun merasakan
semakin ringan beban ‘Arsy itu, tidak seperti semula.
Dan demikianlah, mereka
senantiasa mengucapkan kalimat-kalimat tersebut sehingga pada suatu saat, Allah Ta’ala mengutus Nabi Nuh AS. Kaum Nabi Nuh AS lah yang mula-mula menganggap patung-patung berhala
sebagai Tuhan.
Maka Allah Ta’ala mewahyukan kepada Nabi
Nuh AS agar menyuruh kaumnya mengucapkan ‘Laa ilaaha illallaah’ (Tiada Tuhan selain Allah) sedang Nabi Nuh AS menerima penghinaan kaumnya
dengan rela.
Para malaikat berkata: “Kalimat yang
ketiga ini pun agung pula.”
Lalu mereka gandengkan dengan kedua kalimat mereka ucapkan
sepanjang masa, ‘Subhanallaahi walhamdu lllaahi
walaa ilaaha illallaah’ (Maha
Suci Allah dan segala Puji bagi Allah dan tiada Tuhan selain Allah), sampai pada suatu ketika Allah Ta’ala mengutus Nabi Ibrahim AS.
Taat kala Allah Ta’ala mengutus Nabi Ibrahim AS, di suruh-Nya ia
berkorban, yang kemudian Allah menebus putra Nabi-Nya itu dengan
seekor domba. Ketika Ibrahim melihat domba itu, ucapnya: ‘Allahu
Akbar’ (Allah Maha Besar),
saking gembiranya menerima kenyataan itu.
Para malaikat berkata: “Kalimat yang
keempat ini pun mulia juga.”
Lalu mereka gandengkan dengan kalimat-kalimat yang tiga tersebut
di atas, kemudian mereka ucapkan sepanjang masa: ‘Subhanallahi
walhamdu lillaahi walaa ilaaha illallahu wallaahu akbar’ (Maha Suci
Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah dan Allah Maha Besar.
Tatkala Jibril AS menceritakan cerita ini kepada Rasulullah SAW, beliau berkata: ‘Laa haula wala quwwata illa billaahil ‘Aliyyil ‘Azhiim’ (Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung).
Jibril AS kemudian
berkata: “Kalimat ini patut pula digandengkan
dengan kalimat-kalimat yang empat itu.” (Tanbihul Ghafilin)
Berkata Imam Al-Qusyairi: Menurut sebagian
khabar ada diceritakan, bahwa seorang malaikat berkata: “Wahai
Tuhan, sesungguhnya saya ingin
mengetahui ‘Arsy?”
Allah lalu
menciptakan baginya tiga puluh ribu sayap, dan terbanglah malaikat itu dengan
sayapnya selama tiga puluh ribu tahun.
Maka firman Allah: “Sudah sampaikah kamu kepada
‘Arsy?”
Jawab malaikat: “Saya belum lagi menempuh sepersepuluh tinggi ‘Arsy.”
Lalu malaikat itupun meminta izin dari Allah Ta’ala, untuk kembali kepada tempatnya semula. (Hai’atul Islam)
Berkata Imam Al-Qurthubi: “Menurut pendapat-pendapat para ahli
tafsir, bahwa ‘Arsy adalah singgasana, dan bahwa ia berupa tubuh yang
diwujudkan. Allah Ta’ala telah
menciptakan dan memerintahkan para malaikat-Nya supaya memikulnya, dan mengharuskan mereka mengagungkannya dan
berthawaf di sekelilingnya, sebagaimana Allah
telah menciptakan Bait (Ka’bah) di bumi dan menyuruh anak cucu Adam berthawaf
di sekelilingnya seraya mengagungkan dan memuliakan.” (Hai’atul Islam)
Dan berkata pula Syahr bin Hausyab: Sesungguhnya para malaikat pemikul ‘Arsy
ada delapan orang, empat orang di antara mereka mengucapkan: ‘Subhanakallaahumma
wa bihamdika wa laka hamdu ‘alaa hilmika wa ‘ilmika’ (Maha Suci Engkau ya Allah, dan seraya memuji kepada-Mu. Dan segala puji bagi-Mu atas kepenyantunan-Mu dan ilmu-Mu)
Sedang
yang empat lagi mengucapkan:
‘Subhaaka Allaahumma wa bihamdika
walakal hamdu ‘alaa ‘afwika ba’da qudratika’ (Maha Suci Rngkau ya Allah, dan seraya memuji kepada-Mu. Dan segala puji bagi-Mu atas kemaafan-Mu sesudah kekuasaan-Mu).
Kata Syahr: “Dan seolah-olah malaikat-malaikat itu mengetahui
dosa-dosa anak cucu Adam, lalu mereka beristighfar untuk orang-orang yang
beriman, yakni mereka memohonkan kepada Allah
Ta’ala ampunan bagi orang-orang yang beriman.”
(Tafsir
Al-Khazin)
Dari Ibnu Abbas RA bahwa dia berkata: Tatkala Allah Ta’ala telah menciptakan ‘Arsy yang agung itu, maka ‘Arsy
merasa bahwa dia adalah makhluk yang terbesar, maka katanya: “Allah tidak menciptakan suatu makhluk lain yang lebih besar
daripadaku.” Maka bergetarlah ‘Arsy itu, lalu
Allah Ta’ala menciptakan seekor ulat
yang melilit ‘Arsy itu. Ular itu mempunyai tujuh puluh ribu sayap. Pada tiap-tiap
sayap terdapat tujuh puluh ribu bulu. Pada tiap-tiap bulu terdapat tujuh puluh
ribu wajah. Pada tiap-tiap wajah terdapat tujuh puluh ribu mulut, dan pada
tiap-tiap mulut ada tujuh puluh ribu lidah. Pada setiap harinya keluarlah tasbih
dari mulut-mulut ular itu sebanyak bilangan titik-titik hujan, dan sebanyak
bilangan dedaunan pohon-pohon, dan sebanyak bilangan malaikat-malaikat seluruhnya.
Ular itu melilit ‘Arsy, dan ternyata ‘Arsy itu hanya separo ular. (Hai’atul Islam)
<Prev | 1 | 3 | Next> |
---|
Subscribe to:
Posts (Atom)
"Kami telah siap melayani anda di Seluruh Indonesia"
|
|||